Jumat, 16 Januari 2009

FanFic - TomaPi

KISS~

Pairing : Ikuta Toma x Yamashita Tomohisa (TomaPi)
Author : Ore! >,<
A/N : hontou ni gomen ne, bwt smua error yg terjadi di Fic ini. gw berusaha bwt ngedapetin chemistry tomapi dlm diri gw, n trnyata gag gmpang jg. Gw nyadar, kalo gw blom begitu ngenal mereka dng sangat baik(gw masi terus2an pendekatan sma mereka). Karena itu, bwt smua fans tomapi yg baca Fic ini maapkan akuh! Hontou ni sumimasen deshita!! >,< *bungkukin badan* tapi gw ttep pngen bikin lg Fic ttg mereka yg mgkin bs lebih baek ntar, hehe~* pantang menyerah ap gag tw diri?* dakara..mohon bantuan, saran, nasehat, dan semangatnya^^ Onegaishimasu!! >,<



Chiba, 1998

”Sou ka... jadi sekarang kamu memanggilnya Takizawa-kun??” tanya Ikuta Toma pada sahabat sekaligus kouhai nya, Yamashita Tomohisa. Mereka sedang dalam perjalanan pulang sekolah dan membicarakan senpai mereka Takizawa Hideaki yang akhir-akhir ini memang tiba-tiba dekat dengan mereka, terutama dengan Yamashita.
”Un, dia tiba-tiba memintaku untuk memanggilnya seperti itu. Terdengar tidak sopan, ne Ikuta-kun??” sahut Yamashita sambil sedikit memiringkan kepalanya melihat pada Toma.
”Hmmm---” Toma berpikir sebelum menjawab. ’Sebenarnya sama seperti panggilanmu padaku, tapi kita kan telah mengenal dan berteman sejak 2 tahun yang lalu, sedangkan Takizawa-senpai hanya baru beberapa bulan saja kamu kenal’ Toma melanjutkan kalimatnya dalam hati, kalimat yang tak berani dia keluarkan dari mulutnya.
”Bagaimana menurutmu?” tanya Yamashita lagi.
”Ii ne—dengan kamu memanggil seperti itu, berarti kalian semakin akrab” kata Toma akhirnya. Dia tersenyum pada Yamashita, walau sebenarnya dia keberatan. ”Lagipula, dia yang memintanya sendiri, bukan salahmu”

Yamashita mengangguk-anggukkan kepalanya seperti membenarkan kata-kata Toma. Diam-diam Toma menatap Yamashita, sahabatnya yang sangat lucu dan menggemaskan. Sejak kecil dia selalu menjadi kesayangan orang banyak, dan setelah mereka masuk sekolah menengah pertama pun, dia kembali menjadi idola. Toma tak heran kalau Takizawa-senpai yang juga populer di sekolah ingin dekat-dekat dengannya. Toma sama sekali tak merasa iri atau tak mendukung jika memang seperti itu, hanya saja--- Toma takut Yamashita tak akan lagi bersamanya. Kalau memang Yamashita menjadi sangat populer dan bergabung dengan orang-orang yang populer... Toma takut Yamashita akan meninggalkannya. Dia hanya seorang murid sekolah menengah pertama biasa yang tak akan pantas jika bergabung dengan murid-murid populer. Tapi dia juga tak mau kalau harus tak lagi berteman dengan Yamashita. Tiba-tiba saja semuanya jadi terasa berat di pikiran Toma.

”Ne, Ikuta-kun~ bagaimana kalau kita ke laut dulu sebelum pulang??” kata Yamashita tiba-tiba, yang membuat Toma membuyarkan pikiran-pikirannya.
”A~, tampaknya kita akan telat sampai rumah---”
”Sebentar saja~” kata Yamashita lagi sambil menarik tangan Toma untuk mengambil jalan lain sehingga mereka bisa cepat sampai ke laut, tempat favorit mereka. Toma tak bisa menolak lagi.

Mereka sampai di pinggir laut, angin laut berhembus ke arah mereka, membelai rambut dan tubuh kecil mereka. Yamashita berlari-lari, setelah menyimpan tas sekolahnya begitu saja di atas pasir. Seperti biasa dia memang selalu seperti itu, dia sangat menyukai laut. Toma memperhatikannya saja dari tempatnya. Sampai dilihatnya Yamashita tampak kelelahan, lalu berbaring di atas pasir. Toma menghampirinya sambil membawakan tas milik nya. Dia duduk di samping sahabatnya itu yang sekarang memejamkan matanya.

”Kamu mengotori seragam mu, Yamashita” kata Toma sambil melihat padanya. Yamashita membuka matanya sedikit, silau dengan sinar matahari yang sedang menuju ke arah barat untuk tenggelam. Dia menengokkan kepalanya ke arah Toma yang duduk di sampingnya.
”Besok hari minggu bukan? Okaachan akan mencuci seragamku” katanya tenang.
Toma tertawa, lalu memukul kepala Yamashita pelan. Anak ini memang selalu bisa menjawab perkataannya. Yamashita balas tertawa, kemudian meneruskan memejamkan matanya. Kembali menghadap ke langit biru yang mulai sedikit kekuningan karena senja yang akan segera tiba.
Mereka terdiam seperti itu selama beberapa menit. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
Sekali lagi, Toma menengokkan kepalanya ke arah Yamashita. Dia masih memejamkan matanya, tampak damai. Toma jadi berpikir apa sahabatnya itu tertidur?? Suasana seperti ini memang sangat santai dan damai, memudahkan siapapun untuk tertidur. Apalagi Yamashita yang memang sangat menyukai suasana seperti ini.

”Ne, Yamashita???” panggil Toma. Dia tak boleh membiarkan anak itu tertidur. Mereka harus sampai dirumah sebelum matahari benar-benar tenggelam.
”Hmm?” sahut Yamashita. Ternyata dia tidak tidur. Dia hanya berbaring dan memejamkan matanya seperti itu. Toma menghembuskan napas lega, setidaknya dia tak akan kesulitan membangunkan orang tidur, atau lebih parah dia tak harus menggendong Yamashita untuk pulang ke rumah. Setahun yang lalu, itu pernah terjadi. Yamashita dengan tenangnya tertidur disana dan Toma tak bisa membangunkannya, hingga dia menggendong Yamashita sampai tiba di rumah. Dan sejak itulah, hubungan mereka pun semakin dekat, kemudian bisa disebut sahabat. Toma tak pernah keberatan untuk selalu membantu Yamashita, untuk selalu menjaganya. Usia mereka mungkin hanya terpaut perbedaan setengah tahun lebih, tapi Toma selalu merasa dia memiliki seorang adik lagi.

”Nani Ikuta-kun??”
”A~ Yamashita--- mulai sekarang kamu tak boleh memanggilku Ikuta-kun” kata Toma tiba-tiba, membuat Yamashita membuka matanya dan bangun dari berbaringnya, lalu memandang Toma heran.
”Nande??!” tanyanya tak sabar.
”Aku—tak mau kamu memanggilku seperti itu lagi” Toma melihatnya sekilas, lalu mengalihkan matanya ke arah laut.
”Are?? Apa itu--- tidak sopan? Aku harus memanggilmu Ikuta-senpai seperti dulu??” Yamashita tampak tak percaya dengan perkataan Toma. Di dalam hatinya dia sedikit kecewa. Mereka telah berteman lama, dan dia tiba-tiba tak boleh memanggil sahabatnya itu dengan panggilan akrab yang biasa?? Yamashita jadi berpikir, apa selama ini Toma tak pernah menganggapnya sahabat???

Toma melihat ke arah Yamashita lagi. Dia melihat wajah manis di hadapannya terlihat khawatir dan tak percaya. Angin mempermainkan rambut mereka. Toma melihat poni Yamashita menutupi sedikit matanya. Tanpa sadar, dia mengulurkan tangannya dan menyingkirkan poni itu dari mata Yamashita. Toma tersenyum lebar, dia berusaha tak terlihat gugup. Dia sendiri tak menyadari dengan yang dia lakukan. Beruntung, Yamashita tak berkomentar apapun. Dia masih menunggu jawaban Toma.

”Aku—hanya mau kamu memanggilku Toma” kata Toma akhirnya. Sekali lagi Yamashita tampak kaget, dia mengerutkan keningnya. Ternyata tak seperti yang dia pikir. Toma malah ingin dia memanggilnya dengan nama depan.
”Jadi—kamu akan memanggilku, Tomohisa??”
”Aku tidak tau” kata Toma sambil tersenyum lebar lagi seperti tadi. Dan mengangkat bahunya. Yamashita menghembuskan napasnya, lalu berbaring lagi ditempatnya tadi.

”Kenapa akhir-akhir ini semua orang bertingkah aneh padaku??” keluhnya. Yang membuat Toma kembali tertawa. Dia mengerti maksud perkataan Yamashita. ’semua orang memang akan bertingkah aneh sejak mereka mengenalmu’ gumam Toma dalam hati. Dia mengulurkan tangannya dan mengacak-acak rambut Yamashita.
”Ikou yo—kita harus pulang!” kata Toma sambil berdiri dari duduknya.
”Ha~~i, Ikuta-kun...” sahut Yamashita sambil ikut berdiri dan mengibas-ngibaskan pasir yang menempel di seragamnya.
”Aku baru bilang, kamu tak boleh---” Toma baru akan protes karena panggilan Yamashita yang masih seperti itu. Tapi Yamashita memotongnya cepat,
”Untuk terakhir kali” katanya, sambil memberikan senyuman termanis pada sahabatnya. Toma tak bisa melakukan hal lain kecuali membalas senyuman itu.

+ + +
gw lg dengerin : Hanabi- Mr.Chidren
Chappie 2 : Part 2
Next morning Tegoshi found himself on Ryo’s arm. They’re lying more closer and his face was buried on Ryo’s chest. Ryo’s hand were hold him tightly. Well, it’s really warm so much. Tegoshi could feels Ryo’s scent, a comfortable one, and Ryo’s bare chest…What?! Wait! Tegoshi’s eyes looked around, huh? Now they were on the bed in Ryo’s room!! how come??? Tegoshi shocked and wondering, did he lift me up here?? Tegoshi thought. Masaka???!! Ah, it’s so embarrassed!! Hazukashi no kore!!
Before Tegoshi thoughts about that shamed thing, he was realized about their positions. He looked at Ryo and find out that guy wearing no shirt, even his pajama. Huh?!
Quickly Tegoshi searched his. He looked down under the sheet which covered himself, and breathed in relief as he could see his pajama still on it. Nothing happened anyway, it’s nothing.

Suddenly, Ryo makes some moved. Tegoshi turned at him, still he closed his eyes. I have to go, Tegoshi thought. He started get off of the bed but there’s a hands landed on his stomach, and encircled his waist slowly. Tegoshi was surprised a while.

“Where’d you go?” asked Ryo with his husky sleepy voice. His head leaned on Tegoshi’s shoulder. His eyes opened a little.
“Well, I have to prepared for school” replies Tegoshi and try to relax, even without looked at his boyfriend.
“It’s too early” Ryo get off his hands from Tegoshi’s waist and get up to reach his clock in another side. “6 o’clock” he’s muttered. “What time is your class would started?”
“Uhm, it’s seven” Tegoshi replies as he get up.
“Just an hour” Ryo mumbling. He looks like thought of something.
“What’s up?” Tegoshi asked curious. Ryo turned at him and smiled. So suspicious.
“I’d like to sleep with you again for a while” he said. Tegoshi rolled his eyes and get out of the sheet. “You don’t want to” added Ryo pouted.
“Cause I have to go to school or I will be late”
“I know---” Ryo keep pouted.
“Well, Nishikido-kun--” said Tegoshi then. Ryo stared at him, a questioning looked.
“Last night, you’re the one who’s mind that I would stay here”
“I didn’t ” Ryo denial quickly.
“Yes, you did”
“I didn’t mind, I just---” Ryo stuck on his words for a second. Tegoshi stared at him curiously. “I just couldn’t believe that” Ryo continued as he looked down. Eh? Is he embarrassed? Is he? Tegoshi asked himself.
“Why do you have to--” Tegoshi was about to asked, but Ryo cutting him off quickly.
“Ok, lets take a bath” Ryo stand up and grab Tegoshi’s wrist as take him to the bathroom.
“Cho-- chotto matte!” Tegoshi lossen his hands by Ryo’s grabbed. Ryo stopped his action and they’re looking at each other. There’s nothing in Ryo’s eyes, but Tegoshi was so surprised. Ryo is acting so weird this morning, actually.
“I will take a bath first” Tegoshi said while he get his eyes away from Ryo’s and makes his way into the bathroom.
“Why don’t we have it together?” Ryo asked. Tegoshi rolled his eyes for so many times, and turned at his sudden-weird boyfriend.
“You were drunk or something on this morning, weren’t you?!” he said with his irritated voice, along with his looked tell it so.
“Of course I were not” Ryo answered innocently. Avoid the irritated voice and looks of his boyfriend. He just loved to tease him.
“So what the hell suddenly you’re acting like this!?”
“Like what?”
“Ah~ you’re only wasted my time Nishikido-kun” Tegoshi gave up. And continued his way into the bathroom, without put his mind on his sudden-weird boyfriend again. He was annoyed sometimes, Tegoshi thought. Though he couldn’t deny that it was amused him. Somehow, a thing like this were so cute and got him doki-doki.

Before Tegoshi done with his amused thought and his silent doki-doki, there’s a pair of arms sneaked over his waist suddenly from behind. Argh, this guy doesn’t give up yet!
“Nishi---” Tegoshi was unable done with his words cause there’s Ryo put his face on Tegoshi’s shoulder. Breathes right near his neck and his ear.
“It’s not everyday that I saw you in my room on the morning like this” Ryo said softly.
“I know” Tegoshi replies awkwardly, that’s needless anyway. He shouldn’t replied anything. But Ryo’s embrace was nervouses him.
“Sorry for this weird thing” Ryo said again as rest his face more comfortable on Tegoshi’s shoulder then up on Tegoshi’s neck, trailed his nose back and forth on it and Tegoshi’s jaw line. So smooth, even makes Tegoshi almost lose his mind, feels that nice sensation. He shut his eyes up unconsciously, while his hands grip at Ryo’s hand which rest on his stomach. Entwined their fingers liked always. Tegoshi feels his back now was relax on Ryo’s bare chest.

Yea, it’s the time. Isn’t it? it’s obvious for them to actually have their first kissed. Tegoshi got his doki-doki more louder than before. Finally…?? This must be anyway, Ryo was seduces him so far this morning. It’s impossible if there’s nothing that he’d love to do. It could be happened.
Slowly, Tegoshi opened his eyes after a few time they were just staying like that. Feels a warm embraces. He turned his head a little to the side that Ryo’s face was there. The tips of their nose were touched each other. It makes Ryo opened his eyes too,and found Tegoshi’s face was so close. He couldn’t help but keep stare at Tegoshi’s kissable lips, yea that’s inviting lips, again appear in front his eyes so much close that makes him unable to think anything at all. He want it, want it so bad.. but he can’t! Ryo keep resist himself so hard. It’s tortured him anyway, oh dear God…

In the other way, Tegoshi was waiting. Wondered, why Ryo doesn’t make it up at the first place. Hey, I’m ready. What the hell that took you so long?! Tegoshi just shout on his mind. But there’s none of Ryo would do something that Tegoshi expected so much. After a few minutes of silences and only staying so close with stared at their lips each other, Tegoshi sighed slowly and released himself of Ryo’s embrace. They’re separated. And even without look at his boyfriend, Tegoshi just step inside a bathroom and closed the door then Ryo only hear a sound of the locked door, means he couldn’t do anything at all.

Well, does he angry?? Ryo thought. At least, it makes him feels so guilty.
******

Chappie 3
Stayed at Ryo’s place last night was an annoyed failure that Tegoshi ever did. He was disappointed that he got nothing. even though there was so much a way, but they didn’t made it. what a damn!! Tegoshi cursed.
And today, he found himself said nothing to his boyfriend while he takes him to the school. Shige noticed it.
“Eh? Does he pick you up at home?” he asked curiously after Tegoshi come into a class.
“Nope”
“Then how did you were came with him?” Shige thought it was a rare thing, instead it’s never happened before. If Ryo just picked Tegoshi up in school, that’s not wondering. They were wouldn’t able to get along on this early morning, except----
“Ehhh??? Didn’t you--- you both---???” Shige tried to reach his words on excited and surprised feeling. Tegoshi turned at him, feels nothing. “Yuya, do I thinks right?”
“About what?”
“Did you stayed with him last night?” Shige said to the point. He makes his voice begin whispered, sound so curious and amused that he’d love teased his bestfriend.
“I did” Tegoshi replies straight.
“Eh~~?? There must be---”
“Nothing.” Tegoshi cut Shige’s words off, as he walked pass him and go on to his seat.
“Impossible!” Shige couldn’t believe what Tegoshi has said.
“That’s the fact.”
“But you were both should be---”
“I don’t wanna talk about it, Shige” Tegoshi snapped. And put on his i-Pod, means he doesn’t want to get any disturbed. Shige sighed, already knew about his stubborn bestfriend. Now he was looked in the bad mood, next time he should tell him, Shige thoughts.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ryo sighed desperately. He was in his university, done with his class for today and about to go to his part time job place. He couldn’t put his mind off of Tegoshi and whatever happened between them from the last night and this morning. Did I’ve ruined all? But what about the commit? I should’ve talked to him, he would be understand, wouldn’t he?

“Bring it up for a table number 7” said Ohkura, Ryo’s job partner. He passed two glass of cappuccino ice to Ryo’ hands. And the older one just nodded while handed it and bring it up to the table that Ohkura’s mean.
Ryo didn’t have any feeling before. He just tried to go on with his life, with his casual days, even he never put his mind off of Tegoshi. He has decided that he would be talked with Tegoshi, explained all. Yea, it was strange anyway. They were seems to be have a fight, a fight of what? Ryo doesn’t understand a lot. But it was already 3 days after Tegoshi has stayed over his place, after all the stupid things he made that he didn’t got any kissed signal of his boyfriend. He ruined all by the way, and Tegoshi hasn’t contact him again after that, and so him, too afraid to contact Tegoshi first, that’s really stupid.
“Thank you” said the girl which his customer that seat in the table number 7. Ryo smiled and turned his face to someone who’s seat in front of the girl. Maybe her boyfriend, she’s wear a highschool uniform, and it looks like Tegoshi’s….
Ryo’s smiled was disappear. There was Tegoshi, the boy that he thought a girl’s boyfriend, it’s his boyfriend instead.
Tegoshi stared at him back. They were getting silent.
“Ne, Tegoshi-kun.. how about a book store after this?” asked the girl suddenly, seems like don’t care about something that happening between Tegoshi and Ryo.They’re broke a stared. Ryo started to left, but he could listen that Tegoshi says ‘ok’ to the girl. They’re date, aren’t they? It’s a highschool boy and girl’s date. No doubt. Ryo thought as he leave them and back to the counter, and watched them from there.
He couldn’t take it anymore, what the hell that now he was standing in the back of coffee shop counter, watched his boyfriend seat over there with a girl, and they’re chatting happily!? What a damn! Ryo reached his phone on the pocket and type a text to Tegoshi.
In a few second, Tegoshi feels his phone was vibrated, he took out his phone from his coat pocket. And read it,

From : Nishikido-kun *with a heart signed*
Ne, what are you doing? Are you two dated?
Go back home, now!

Tegoshi sighed a little, and type a reply.
Now Ryo feels his phone was vibrating, he read it quickly.

From : Tegonyan
I will go home later.

That’s all. So simple and nothing. Ryo really doesn’t like it. It so much means that Tegoshi avoiding him. He stand up when he looks Tegoshi was about to go with that girl.
“Tegoshi.” Ryo called him, didn’t have to wait any longer. He couldn’t accept it, anyway they’re a couple right? Ryo has a way to do anything with his boyfriend.
Tegoshi stopped, and the girl looks wonder at them. Maybe she doesn’t think that Tegoshi knowing these coffee shop staff.
“I will take you home, just wait here” Ryo said ignored the wondered looks of the girl. He doesn’t care.
“I will go to the book store then take her home” replies Tegoshi calm.
Ryo frowned. And Tegoshi give him unreadable looks.
“Uhm.. ano… I can go home by myself if there’s something important, Tegoshi-kun” the girl interrupted them. Feels like she was trapped between the conversation, that she doesn’t understand exactly.
“No, Saya-chan.. I will take you home”
“You will go home with me, Tegoshi” Ryo said selfishly. He really doesn’t care with that girl. Now he was only thinking how to get Tegoshi be alone with him. He got upset inside. It’s burned. Saya look confused. She actually trapped at the situation that she doesn’t know.
“No, I won’t go home with you” Tegoshi said clearly as he take Saya’s hand and go out from the coffee shop, left Ryo behind.
Burned.. Ryo feels so burned inside. It’s hot. He was upset. It’s called jealous, isn’t it??
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
It’s already 11 p.m, Tegoshi was sleep peacefully but a ring by his phone interrupt his peacefull sleep. He just have thought all the things that happened between him and Ryo, everynight he think of it. They’ve a fight, right? Just because a things that look simple neither it’s not so simple like that. Tegoshi got tired. He hates it all. Hates himself, hates Ryo… really? Does he really hate Ryo? He’s not sure.

“Moshi-moshi” Tegoshi flipped his phone, while closed his eyes.
“I love you” said a man in the other line. It’s a husky voice that he known very well. And somehow that he loved. Tegoshi open his eyes quickly, what the---- he couldn’t think.
“Nishikido-kun, what are you---”
“I love you so much Tegoshi, don’t you know that?” now Tegoshi could hear clearly that something strange was happened. He listened carefully to Ryo’s voice, a hiccup.. there was a hiccup. He was drunk, nothing else!
“You are drunk!” snapped Tegoshi. What the hell he was doing? Wanna get attention of me? Tegoshi thought annoyed.
“Where are you now, Nishikido-kun? Are there your friends around?” at least Tegoshi feels worry somehow, he couldn’t imagined that now Ryo was drunk and nobody helps him to take home. That obviously dangerous.
“I don’t know… I just, wanna see you” said Ryo seems so tired. And a couple of second, Tegoshi hear like something fell on over there. He gets jolted up.
“What was it Nishikido-kun? Moshi-moshi.. are you still there?? Nishikido-kun?!” Tegoshi got panic. He wondered if there’s something bad was happened on Ryo, he’s really scared. There’s no voice for a while and suddenly there’s a cough. Ryo is coughing in the other line. Tegoshi keeps his phone near his ear tightly, he listened carefully what exactly happened over the line. “Nishi---” he barely speaks again, but cutting of by Ryo’s voice. Finally.
“I fell” Ryo said with a heavy husky voice. “Ah, itai~” Tegoshi listened a winced.
“Fell?? Is that hurt??” asked Tegoshi so much worries. It scared him anyway. He just almost forget that they were on fight.
“I can’t awake” Answer Ryo sounded so pain.
“So, where are you now??” Tegoshi asked him impatiently.
“It’s—It’s look like your house”
Tegoshi’s eyes got widened after he heard Ryo’s weak answer. My house???!! What the hell--- Tegoshi shut his phone and got up immediately from his bed and rushed to the downstair reach an exit door of his home. It’s quietly so much, and darkness on the living room cuz his parents and his Grandmother absolutely already slept.
Tegoshi opened the door slowly, doesn’t want to make any voice as if as possible. He stared his eyes at anywhere looking for Ryo. But he doesn’t find him, when he takes a little step, there he heard a winced. Eeeh??? Tegoshi look at his feet quickly, and he sees Ryo was lying there on the floor, helpless.
“Nishikido-kun” he said surprised and get on him immediately. Ryo opened his eyes, it seems he has a nap while lying there cuz he has no power to get up by himself. Ryo smiled when his eyes caught up on Tegoshi’s cute face which look so worried over him.
“Tegoshi---” he said weakly. Tegoshi ignored him, now he’s just trying to get Ryo stand up on his feet, so he could bring him inside his home.
Tegoshi wrapped his arms around Ryo’s waist and get him up. Ryo rest his hands on Tegoshi’s shoulder and leaned his body over him. He’s really weak anyway. Tegoshi could feel a scent of alcohol over his boyfriend’s body.
“Tegoshi---” once more, Ryo called his name. Now it heard so close near his ear with that husky whispered voice which was successfully send a shiver down his spain.
“Sshh—don’t be noise” Tegoshi said as help him to walk step by step inside his home.
“I love you” Ryo said again, completely ignored what Tegoshi has said before.
“You are really noises” Tegoshi complained and put his palms around Ryo’s mouth immediately, covered it. Doesn’t allowed the older one to say anything at all cuz they are about to walk inside the home, it could be a trouble if his parents or his grandmom find them there. Though they have known Ryo already, but it’s not right if he just coming on the midnight like this, while got drunks.
Ryo get silent with that action, he leaned his head on Tegoshi’s shoulder and shut his eyes. Tegoshi keeps help him to walk until they’re reach his room in the second floor of Tegoshi’s home.

After walk so hard and give so much effort, they’re finally arrived in Tegoshi’s room. Slowly, Tegoshi lays down Ryo’s body on his bed. The older just already knocked out, he got sleeps. And Tegoshi helps him undo his shoes, so he could sleep more comfortable. Tegoshi covered Ryo’s body by the sheet for the last action, and finally he could reach his relieved breathe. He sat down besides a sleeping Ryo. He stared over him, long and deep. He doesn’t ever think of it before. His boyfriend got drunks because of him. Anyway, they’re on fight of nothing. Tegoshi keeps avoiding Ryo on several days, that was just because he couldn’t resist his disappointed, he was really upset and desperate.. it’s all becaused that kissed, how Ryo didn’t get any hint that he has throwed before. Tegoshi wants a first kissed. Want it so bad from Ryo, nothing else! But why it’s just getting so complicated instead!!? Tegoshi sighed, he distached his stared from Ryo’s sleeping face. But suddenly, a cold fingers just touched his hands, Tegoshi startled. He looked at Ryo, who was opened his eyes and staring on him with that rare puppy eyes…

“Tegoshi---” it was a third times Tegoshi heard his boyfriend called his name. “Don’t leave me for that girl” added Ryo. Which make Tegoshi’s chest got a punch a little. He could see that Ryo still unconscious by the alcohol that he has drink.
“I’m sorry if I made you hurt or angry--- but don’t leave me and go for another”
Tegoshi looked at his boyfriend once more. He doesn’t ever think that Ryo could say a thing like that.
to be continued**

FanFic - RyoTego

Title : NANDE DAME?!
Pairing : Tegoshi Yuya x Nishikido Ryo (RyoTego)
Author : it’s me >,<
Rating : PG
A/N : my 1st time write in English, forgive me for so much error and my horrible grammar*hides*, anyway I’m only a newbie, but I’d love to get any attention and maybe some advice and a lot of suggestions from all of u. I’ll make it better somehow… yoroshiku onegaishimasu!! *bowed* Arigato..^^v

Chappie 1
Tegoshi feels his heart skipped so fast. His body got frozen, and his hair on his neck waked up slowly. He shivered a little. He gulped, while his eyes still seeing the scene in front of him clearly.
They’re making out as there is no tomorrow. A lips attached each other, a swirled tongue, a softly moan, and some touches over here and there. They looks really enjoyed it. Tegoshi wondering, what it feels like?? He licked his own lips unconsciously, curious with a taste. That must be so wet, Tegoshi thought, soft and warm, does it feels like you eat marshmallow, doesn’t it or….what?? Tegoshi thoughtful and try to guess it. He was wondering so much.

“It’s cool, isn’t it??” Tegoshi hear Kusano said as the video was off. Yea, Kusano has shared his making out scene with his boyfriend, to all of his friends. He recorded it by a video phone, show it up and smiled proudly.
“You really made it Kusano” Shige said with his admiring voice and look. Kusano goes his smiled widely. “How envious…” said Shige again.
“You have to try it too” Kusano suggest. Look over his friends,which seem so wondered too. But Tegoshi doesn’t sure if there is his friends who were feel wondered and amazed like he was!? A guy who was never been kissed!?
“It’s used when you felt like want to kissed him right now” said Kusano again, act such he was a tutor or someone who has so much experienced.
“It is so embarrassed, isn’t it??” asked one of his friends. The other were agreed.
“Yea, at the first, but after that…. You know, you would forgot about anything at all” Kusano replies and smiled widely, make the other do the same. They have a same thought who were ever been kissed, nor Tegoshi who was clearly out of the thought.
“Ne, Tegoshi-kun, what about you and your boyfriend? Ever made it??” asked Kusano suddenly. Tegoshi got surprised a little. He was busy with his own thought while listened to his friends talked. And now he got a damn question.
“Well I’m---” Tegoshi try to managed some words. Impossible he tells here that he and his boyfriend haven’t ever kissed. That would be so shameful. “We didn’t ever made that one” Tegoshi said.
“You have to made it, it would be so good… that made your kissing time would never wasted anyway” Kusano chuckled. And so the other. “…beside, it could be a proved” now Kusano smirk a little. Tegoshi feels annoyed. A proved!? Anyway, this conversation bothering him, though nobody noticed.
“Right Yuya… I think Nishikido-kun would love to” Shige patted his shoulder slowly. Shige was his bestfriend since they are in junior school, he’s a person who knew all of Tegoshi’s secret, and so Tegoshi knew all of Shige’s secret. They shared a secrets each other. And when they were have a relationship with another persons, they have introduced their boyfriend to each other, that’s why Shige knew Tegoshi’s boyfriend named and going close enough.
“Well, yea… I hope so” Tegoshi keep acting cool, don’t make everybody noticed that he was so nervous to talk about it. “But, I’m not sure anyway…” he added.
“Why??” Kusano asked.
“He was… such a simple guy, you know, I think he doesn’t really like to do something maybe annoyed him like that” Tegoshi explained. After a year in a relationship with Ryo, made Tegoshi understood how completely Ryo was. His sharp tongue, and ignored attitude, Tegoshi was accepted all of that. That’s why their relationship were going well for a year, though without a kissed and such. Tegoshi thought, maybe that’s not really important for them right now. He was so happy to have Ryo always be by his side. Whenever he needs, Ryo was there. Whenever he downs, Ryo was there to cheer him up. What else?? His life was truly perfect, wasn’t it? Tegoshi really sure that everybody were envious on him, to have a handsome and cared boyfriend like Ryo. But…… today Tegoshi find another fact. After he saw that video from Kusano, after Kusano said a proved about the kissing time, after he realized that he was the one who never been kissed, till he heard that almost all of his friends got that experienced. And so Shige.. Tegoshi knew he did. So shameful. He has a boyfriend but it wasn’t going like any other couple. He couldn’t deny, it’s distracting somehow.

“Annoyed?? He would be annoyed??” Tegoshi out of his thought as he heard Kusano said. That guy smirk again, Tegoshi doesn’t like that smirk. He feels that Kusano knew everything, maybe he noticed all of pretended face that Tegoshi show up to hide his nervous. Damnit.
“I don’t think so Tegoshi-kun. Normally, he would love to, cause he loves you, doesn’t he?” Kusano said again. Another smirk. Tegoshi more feeling that this guy want to ruined him. Tegoshi keep his act for not getting ruined, or Kusano would like it and think he was win. Sometimes he looks like a jerk…really.
“Of course he does” Tegoshi replies as stand up and ready to go. He doesn’t want to continued this conversation. Slowly but sure, he would feel such a loser cause Kusano treat him like that. What a damn!
“So, can’t wait for a proved. We’d love to watch it, right?” Kusano said and asked to the other. They just nodded. Tegoshi forced an annoyed smiled on his lips. What the hell?! It heard likes a challenged, isn’t it? Damn Kusano! for so many times Tegoshi keep cursed under his thought.
And without wait anything at all, he go out from the class to find such a peacefull place and thinking of this. He want to tell it to Ryo… but, does he can??
*******

Tegoshi walking side by side with his bestfriend, Shige. They’re going home.
“So, Yamashita-kun doesn’t pick you up?” he asked. Shige shook his head..
“He will at university until the night, he got so much task… then what about Nishikido-kun?” Shige asked back.
“He has a part time job like usual.” Tegoshi sighs a while. It’s remembering him again about the awkward feel since what happened this afternoon.. a challenged by Kusano. Tegoshi really thought it such a challenged. In other way he thinks about his relationship, yea he barely realized that something seemed didn’t important was important at all.
“I guess, I’d like to try that thing with Yamashita-kun…” suddenly Shige said. Tegoshi look over him, his cheeks slowly growing blushed.
“Huh?” Tegoshi doesn’t get it yet.
“Yea, liked Kusano and Uchi-kun did” Shige make it clear, and the blushed more appear on his cheeks. Tegoshi got it.
“Are you sure Shige??” Tegoshi asked surprised as he saw his bestfriend nodded slowly.
“You too, Yuya.. I guess it will be so fun”
“I’m not sure….”
“Why not? It just recorded, and only you two who were there. Seems like didn’t annoyed, it have so much privacy instead”
“But… Shige…” Tegoshi hesitated. He really want to tell it? Then how if Shige laughed of him? But, they’re bestfriends right? they never have a secret each other. Though it something so shameful.
“What is it Yuya?”
“I…I…” Tegoshi stuttered. Shige wait him patiently. “We didn’t have kissed”
Shige’s face turned so surprised. His eyes getting wide slowly.
“Really???” he looks not believe it. Tegoshi nodded. “I guess you two were going well after a year…”
“We were. But without a kissed”
“A kissed on a cheek?” Shige asked carefully. Tegoshi thinks, remembering.
“Uhm… I thought it once in my birthday”
“Huh?!!” Shige let out his surprised unconciously. “Yuya.. that’s worse” he said.
“I know” Tegoshi sighs little loud.
“Just do something!” Shige said suddenly, provoked him.
“What? Do what?”
“You know, your relationship with him it’s not a new anymore. Why are you two keep so awkward for shared such a loving thing?”
Tegoshi get silent, don’t know what he have to say.
“Physical shared is important, Yuya. That’s a real thing for you two sees how much you were in love each other” Shige tells him. Tegoshi agreed.
“Yea, I just thought it wasn’t important before.”
“Baka” Shige said as he smiled at his innocent’s bestfriend. Tegoshi smiled back. He already knew that, how stupid he was.
“You have to talked about it with Nishikido-kun, ne?”
“I’ll try” Tegoshi replies, as he reach his thought. Is it fine to tell him? Does Nishikido-kun won’t mind? Daijobu ka????? He got some worries anyway.
******

Chappie 2 : Part 1
It’s almost 8 o’clock in the night, Ryo was still busy with his job in the back of coffe shop counter. But about a few minutes, he’s done. His sift will turned to another staff.
“Welcome in…” Ryo greets a customer who come into the shop, but he was surprised cause that’s not a customer. He saw his boyfriend standing in front of him.
“Tegoshi??” he said surprisly. Tegoshi smiled. “What are you doing here??” Ryo sees carefully through Tegoshi’s body, to checked out there’s nothing happened with him.
“It’s wrong to me to see my boyfriend in his worked place?” Tegoshi throw another question, instead reply.
“No… I mean, it’s already night”
“So what? I’m not a child who couldn’t take care of myself anymore. Instead I’m a grown boy, and I don’t have to fear of anything.” Tegoshi defended himself. Ryo chuckled.
“I see” he said as look at over his friend who will turned his sift. “I will get my stuff .Just wait me over there” then he said to Tegoshi and point one table in the corner, before he disappeared into the back of shop. Tegoshi nodded and go over there, waiting for Ryo.

“So..what a thing that bring you up here?” Ryo asked after they’re sat opposited.
“My mind.” Tegoshi replies.
“Huh??” Ryo didn’t get it. He looks curious through his cute boyfriend.
“Yea, it’s my mind which bring me up here.”
“What was your mind have told you?”
“Miss you so bad.”
Ryo get a warm sensation over his cheeks. He smiled shyly. Anyway, only Tegoshi who could make it up with him. Tegoshi observed his boyfriend’s face.. got you, he said secretly to himself. He’d love to see the way Ryo like that, so cute. That hazukashi’s smiled… he loved so much. Even though sometimes he could be so harsh, but actually he’s not a kind of. He’s only speak to the point, after all he’s a nice guy. In another time he could be so sweet.
“Ne, you should called me if you get the way like this.” Ryo said, still smiled.
“That’s not enough, cause I want to see you.”
“But, it’s not good that you go out in the night like this, then you have to go to school tomorrow” Ryo preach him a little.
“Ah, shut up Nishikido-kun… you acted like my grandmom.” Tegoshi pout and sighs, though his smiled still there.
“What? How dare you similared me with your grandmom.” Ryo won’t accepted. Tegoshi’s smiled more widely, his eyes look up brightly over a person that he loved so much. Ryo sees that eyes, what a beautiful eyes. He feels so lucky to be the one person who could see that eyes look at him with a loved in it.

“Well, let’s go home. It’s already late for a school boy like you.” Ryo said after he look his watch, it’s already 9 anyway. They aren’t realized cause too fun have a random conversation. He get up from his seat.
“It’s still nine…” Tegoshi said, without get up from his seat. he look at his own watch.
“Yea, it’s late for you”
“It’s not. I could go home at eleven.” Tegoshi was stubborn.
“No way. Let’s go home, I will send you there” Ryo doesn’t want to hear any argued. He started to go.
“Fine” Tegoshi said slowly as he grab his stuff and rush walking over Ryo, who’s now so
confusing about his boyfriend’s attitude.
“Now you’re the one who’s getting so rush.” He said as they’re reach outside and walking along the street. Tegoshi keep silent, and go on walking in front of Ryo. Suddenly, he stopped as there was a vending machine. He used some coint, and get a can of juice. Ryo just wait and see whatever his boyfriend do. Tegoshi open up a can and started drinks his juice. A few time he has drink, he passed a can over Ryo. Their eyes meet automatically, Ryo just want to give him a question looked, but his hand takes a can. Tegoshi smiled , and give him a command looked that Ryo has to drink it. Ryo drink a juice, until it less…. but,
“Chott.. chotto…” Tegoshi interrupted him and try to reach a can.
“What?” Ryo gived back a can, that he thought he could drink it until done.
“I want to have some” Tegoshi drink the last juice on a can. Ryo look at him confusedly.
“..undirect kissed.” Tegoshi added after drink it and throw the can through the rubbish place. Ryo paused, his heart skipped faster. What does he said?? It’s so surprised him. He almost got it, yet they aren’t have a kissed, after a year. It’s silly he knew, but he just wanna keep his commit that he wouldn’t do that before Tegoshi has graduated. Only a next year, he’s sure that he could passed it. And Tegoshi too, as long as they together, Tegoshi never complained him about it. But, Ryo doesn’t know.. today, he feels something different with his boyfriend. Does it any relation of each other??
“What-- what was that?” Ryo asked stuttered. He should being normal, but he couldn’t hide his nervous.
“What?” Tegoshi asked back instead, makes him more nervous. How could he repeated the question?? Sounds really stupid.
“Well---” Ryo have no idea.
“I’ll stay at your place tonight” Tegoshi said suddenly, ignoring him about the last conversation.
“Eeehh??!!!” Ryo grows another surprised, and a bit shocked. Tegoshi nodded slowly, looked doesn’t care about Ryo’s reaction.
“You’re a joked….” Ryo forced a bit laugh.
“I’m not”
Ryo stopped his laugh and looking at Tegoshi who’s looked not be joked. He’s serious actually. Oh my….
“But---” Before Ryo say anything that Tegoshi know it would be a preach, he take a words first. He lift his right hand which held his stuff, it’s his school bag. Ryo just realizing now, before he really didn’t noticed what’s stuff that his boyfriend brought with.
“Here it is my uniform, a books and any stuff that I need for tomorrow. I have prepared it before” Tegoshi explained calmly. Ryo’s eyes get widder a bit. “…and I already get a permission by my parents and my grandmom”
“You were?”
“Yea, I said that I have to made up my task in my friend’s home. I said it must be stayed for a night, then they let me”
“I don’t believe it could be an easy like that” Ryo still couldn’t believe it. There must be some tricks that Tegoshi did.
“Well, I just said that if I didn’t do it, the school will expelled me”
“Oh my, you’re lied” Ryo palmed his forehead as he chuckled. Tegoshi really did a trick. Ryo realized he wouldn’t do that if no reason there. It’s all because he’d love to stay at his place, majide??
“So better you’re not refusing.”
Ryo smiled at his little-naughty-cute boyfriend.
“How could I?? I’m not so mean anyway.”
“Not because it’s me who want to stay at your place?”
“Well---” Ryo raised his shoulder, teasing him.
“Whatever.” Tegoshi said as turned around and continued his way a bit rush. Ryo take his wrist quickly.
“I’m kidding you, ok?”
Tegoshi stopped but avoiding an eyes contact with Ryo.
“I’m sorry.” Ryo apologized. Tegoshi rolled his eyes, ignoring him. “Ne~”
Tegoshi want to laugh to hear Ryo’s voice was getting so pleaded. He look at his handsome boyfriend, and see that puppy eyes-the one who always made it was him, but now Ryo’s doing. So cute, Tegoshi thought.
Tegoshi walked closer unconsciously, then they’re only a few feet away. Ryo found that Tegoshi wasn’t really angry. But actually it’s getting him nervous again.
“So, let’s go home.” Ryo anticipated, as he takes Tegoshi’s hand once again. Tegoshi was have a daydream before, that he realized, there is no dorama’s scene which they’re finally… have kissed cause the distance get closer and closer. But it’s not happened!!
Tegoshi sighs and keep silent until they’re reached Ryo’s place. It’s a simple apartement, one room, one kitchen, one living room. it’s enough for a single young man liked Nishikido Ryo, he’s only 22 years old. He’s a student of university and part time worker. He comes from Osaka, so he has to lived alone here in Tokyo. But fortunately, he met Tegoshi Yuya a year ago that until now, he was the one that Ryo’s love and made his life more nice. More meaningful.
“A~ it’s cleaned” Tegoshi commented as he walked into Ryo’s apartement. “Always cleaned” the last time he came was one week ago and the cleaned were same. Tegoshi wondered, how Ryo shared his time while he was a busy one with his university and part time job.
“So, did you have a dinner yet?”
“Not yet.” Tegoshi smiled cutely.
“I will make it up to you.”
“For us then.”
“Ok” Ryo agreed as he makes a way to the kitchen, and Tegoshi wait in the living room, after places his stuff in Ryo’s room. He turn on a tv, played with the remote.
+ + +

“Itadakimasu~~” Finally they’re started to eat. Now they were sat on the couch which in the living room, this apartement didn’t have a dining room, and Ryo seemed doesn’t really need it at all. They were sat side by side while have a dinner. Tegoshi eating happily, it’s a long time ago since he has a last dinner which Ryo’s made. It was always delicious.
After a few minute, Tegoshi stopped eat for awhile, he keeps looked at Ryo who’s beside him and still doing with his meal. Ryo realized it.
“What’s up?” he asked confusedly. And looked back at his boyfriend.
“What a lucky chopsticks that you have.” Tegoshi replies, smiled a little.
“Huh?” Ryo doesn’t get it. He’s looking at his chopsticks, again, confusedly. It was his private chopsticks, a blue one. And Tegoshi’s was a pink one. They had bought it together at so many times before. Yea, liked a couple chopsticks, besides they have a couple mug too, that now they’re using it.
“What do you mean?” Ryo asked finally.
“Your chopsticks were so lucky. They were used to touch your lips all the time.” Tegoshi explained it, slowly. He get his head down, staring at his meal.
And Ryo feels almost speechless, doesn’t know what he used to say. Tegoshi act so different today that Ryo hard to guess what is it…He’s more teasing, actually Ryo can’t deny that he likes it. It just bring him so embarrassing but it feels good for the real.
“Etto---” Ryo try to managed some words. Tegoshi put his eyes on him. They’re keep staring for a few times. “There’s a rice on your face.” Ryo said suddenly as he sees a little rice on Tegoshi’s cheek. He raised his finger and reached that spot of a rice. Tegoshi closed his eyes reflectly. Ryo stunned a while, he trailed his eyes over Tegoshi’s pretty face. A beautiful closed eyes, a blushed cheeks, a perfect nose and that kissable pink lips. The last thing was a thing that Ryo wanted for a longest time. He can get it now, steal some kissed on that inviting lips, but Ryo resist it, he holds it, holds his eagered. Dame, Ryo! He said to himself. Tegoshi open up his eyes after a couple times there’s nothing happened. Ryo really didn’t do anything except wiped a rice off of Tegoshi’s face. Now he’s going continued eat. What a damn, Tegoshi thought disappointed. He keeps silent and continued do with his meal too. Ryo didn’t hinted all of his signal today about a kissed. How much he really want it.. Tasukete~!!
+ + +

“What are you doing?” Tegoshi asked when he sees Ryo was bring out a blanket from his clothes drawer and take out a pillow too, put it on the couch. Tegoshi was had changed with his pajama, and looked confusedly through his boyfriend.
“I will sleep here.” Ryo replies and started lying on the couch.
“Huh? Why?” Tegoshi frowned.
“Nothing. Now you can used my room then.” Ryo smiled at him.
“Your bed was large enough for two person.” Tegoshi mumbled, but Ryo heard it. Anyway, why he has to feel disappointed for a twice at this night!? Tegoshi thought.
“Yea, it is large…” Ryo replies a mumbled, causing Tegoshi surprised a little, haven’t noticed that Ryo heard it.
“So, get in your room.” he said as turned his body ahead into the room. But Ryo doesn’t move, he still lying on the couch. He’s not really sure to followed Tegoshi into the room. He got nervous anyway. Ok, they were a couple after a year. They were in love, they’ve a hug time, a holding hands, a cheek’s kissed, but… they hadn’t a lips kissed yet, and so slept together, they hadn’t do that. It would be so nervous and embarrassed.

“Maa~ Lets sleep here.” Suddenly Ryo’s thought was interrupted by Tegoshi who’s back and lying beside him on the couch. Ryo give a space to him reflectly. So they’re lying together on that small couch, but it fit anyway for their bodies, without any distance of course. Their bodies were touched.
“Tegoshi, it’s not fit…” Ryo said as he surprised with Tegoshi’s suddenly action. Tegoshi was lying with his back facing Ryo.
“It’s fit. Now lets sleep.” Tegoshi said while his hand reached Ryo’s blanket, so they’re lying under the same sheet.
“But---” Ryo couldn’t managed a words. It’s funny anyway, there is a large and comfortable bed in his room, but they’re just lying together on this small couch, though it’s more intimated cause they were really really closed each other. Ryo could feels Tegoshi’s body rise and fall take his breath on his chest. And so Tegoshi, he could feels Ryo’s breath on his ear and bruised his hair. It’s warm.
Ryo smiled, he thought that he needs no words. Let it be. Slowly he moved his arms and put it over Tegoshi’s waist from behind that he was. His hands rest on Tegoshi’s stomach. A younger was surprised but it doesn’t take a long time as he put his own hands on Ryo’s arm and entwined their fingers together. They’re closed their eyes, well it’s a rare condition anyway. Each one of them don’t wanna lose it, don’t wanna it’s over.
******
N.B : jah, sok english XP... gomen ne,my english already hurt u, hehe~ keep komento2 yup!! arigato~~~ ^3^ gw dengerin : Prisoner of Love- Hikaru Utada

FanFic

Chapter 3
“Yuya-kun…..” Eri berbisik di telinga kekasihnya yang sedang terlelap. Tegoshi bergumam tak jelas, sambil bergerak, bereaksi karena bisikan Eri. Album foto itu masih ada di dekatnya. “Ohayou” bisik Eri lagi. Akhirnya Tegoshi membuka matanya. Dia telah kembali ke dunia sebenarnya. Dia melihat Eri tersenyum di dekatnya.
“Eri-chan…” Tegoshi menyadari itu kekasihnya, “Ohayou” jawabnya pula sambil balas tersenyum. Dia mengangkat tubuhnya, dan duduk di ujung ranjangnya, mengusap-ngusap muka dengan kedua telapak tangannya. Eri duduk di sebelahnya. Tapi tiba-tiba,
“Achhoo!!” Tegoshi bersin-bersin.
“A~~, Yuya-kun terkena flu!” seru Eri mendadak panic. “Kau tidur tidak memakai selimut, dan…” Eri melihat ke arah pintu balkon yang terbuka. Dia mendekati pintu itu. “Yuya-kun membiarkan pintunya terbuka semalaman!?” dia menatap Tegoshi seperti sedang menghakimi kekasihnya itu.
“…uhm, iya…aku lupa menutupnya tadi malam” jawab Tegoshi sambil menggosok-gosok hidungnya.
“Kau tak boleh mengulanginya. Angin malam tidak bagus untuk tubuh kita. Kau bisa sakit” Eri mengomelinya. Tegoshi mengangguk-anggukan kepalanya,
“Wakarimashita, gomen ne…” katanya dan tersenyum lagi pada Eri. Gadis itu tak bisa menolak senyuman Tegoshi. Senyuman yang seperti malaikat itu, terlalu berharga untuk dia acuhkan. Eri mendekati Tegoshi lagi, kembali duduk di sampingnya.
“Daijobu ka?”
“Daijobu”
“Maa.. aku akan membuatkan sup dan teh hangat untukmu” kata Eri sambil berdiri dari duduknya. Dia berjalan keluar kamar menuju dapur.
“Eri-chan…” panggil Tegoshi sebelum Eri benar-benar keluar kamar. Eri membalikkan lagi badannya. “Arigatou” sekali lagi Tegoshi tersenyum seperti malaikat.
Eri membalas senyuman itu dan menganggukkan kepalanya, lalu pergi menuju dapur. Tegoshi terdiam di tempatnya. Eri-chan sangat baik sekali, sangat perhatian padanya. Tegoshi sudah sewajarnya menjadi seorang pria yang bahagia dengan memiliki kekasih sebaik Eri. Yah, mungkin dia memang bahagia. Tapi tetap tak bisa dia pungkiri, dia masih merindukan orang dari masa lalunya. Tegoshi mengambil album foto yang semalaman dipeluknya. Yamashita-kun….. gumamnya dalam hati.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sebuah kecupan mendarat lembut di pipi Yamapi. Pria tampan itu terhenyak dari pikiran-pikiran masa lalunya. Dia menengok dan melihat Rei berada di dekatnya.
“Hey” sapa Rei tersenyum. Dia duduk di samping Yamapi.
“Rei…” sambut Yamapi. Dia melihat kekasihnya itu semakin cantik. Walau Rei harus memakai kaca mata hitam dan topi untuk menutupi identitasnya, karena sekarang dia bukan orang biasa lagi. Dan bertemu di tempat umum seperti itu cukup beresiko jika ada yang mengenalinya.
“Gomen, apa kau lama menungguku?”
“Hm..hanya beberapa menit saja” Yamapi menggelengkan kepalanya. Dia masih memandang takjub pada Rei yang sudah seminggu lebih tak di lihatnya.
“Minggu depan aku harus ke Hawaii” kata Rei tiba-tiba. Perlahan Yamapi memudarkan senyumannya. Sungguh suatu hal yang tak mau di dengarnya disaat mereka baru bertemu lagi seperti ini. “Bulan ini benar-benar sibuk” tambah Rei lagi tersenyum pada Yamapi
Kekasihnya itu hanya mengangguk, mengukir senyuman terpaksa di bibirnya. Yamapi tak ingin berpikir yang tidak-tidak tentang kekasihnya. Apakah Rei memang sudah tak peduli padanya? Apakah dirinya sudah tak begitu penting untuk Rei? Yamapi tak mau berpikir seperti itu.
“Sou ka… yokatta ne” komentarnya dipaksakan. Rei tak menyadari sikap terpaksa kekasihnya. Dia memang terlalu memikirkan kariernya, walaupun rasa cintanya pada Yamapi tidak berkurang sedikitpun. Dia selalu mencintai pria itu. Sayangnya setiap tindakan yang dia lakukan tak terlihat cukup untuk Yamapi, karena dia memang kurang menunjukkannya. Dan perjalanan cinta mereka pun menjadi sedemikian dinginnya.
“Jadi, minggu ini kau harus menghabiskan waktu denganku” tambah Yamapi pula. Sebelum meminum cappuccino nya, Rei tersenyum dan mengangguk setuju.
“Ok” katanya. Yah, sedikitnya Yamapi terhibur dengan itu.
Beberapa menit kemudian ketika mereka sedang asik mengobrol, ponsel Rei berbunyi. Dia langsung mengeluarkan ponsel itu dari tasnya.
“A~~, gomen Tomohisa…. Sebentar aku menjawab telepon dulu” kata Rei setelah melihat siapa yang menghubunginya. Tampaknya dari manajernya. Dia beranjak dari tempatnya mencari tempat yang lebih sepi dan nyaman. Yamapi hanya mengangguk dan meminum cappuccino nya sambil melihat keluar dari jendela café. Dan tiba-tiba seraut wajah yang selalu hadir di pikiran dan mimpinya akhir-akhir ini terlihat diantara kerumunan orang yang berjalan melewati café itu. Melintas begitu saja tepat di hadapannya. Semuanya bergerak seperti slow motion. Yamapi terpana untuk beberapa saat. Yamapi antara yakin dan tak yakin, tapi dia bersumpah pada dirinya sendiri tak mungkin dia melupakan wajah itu, walaupun sudah lima tahun yang lalu dan pasti banyak yang berubah dengan penampilannya. Tapi wajah seperti malaikat itu.. tak mungkin dia salah. Orang yang selalu dia rindukan. Tego-chan nya…
Tanpa sadar dia beranjak dari tempatnya, dia bergerak ke arah pintu keluar. Dia mencari-cari diantara kerumunan orang berjalan tadi. Beberapa saat dia terus mencari. Dia tak ingat dengan Rei yang mungkin sudah kembali, dan tak menemukannya disana. Yamapi menengokkan kepalanya kesana kemari, melihat ke setiap toko dan café. Hingga saat dia seperti mau menyerah, dia melihat seseorang sedang berdiri di depan sebuah etalase, mengamati isi etalase itu. Orang yang dari tadi dicarinya! ternyata dia memang tak salah melihat, dia tak sedang bermimpi atau berkhayal. Disana berdiri Tego-chan nya. Yamapi melihatnya, berdebar, semua perasaan bercampur aduk. Dia bergerak untuk menghampiri, tapi baru saja kakinya melangkah 3 langkah, hujan turun dengan tiba-tiba. Dia melihat Tegoshi berlari mencari tempat berteduh. Yamapi tak mau kehilangannya lagi. Dia langsung mengejar ke arah mana Tegoshi berteduh. Dan tibalah mereka di depan sebuah toko. Tempatnya cukup untuk berteduh 2 orang. Yamapi sampai setelah Tegoshi ada disana, sedang membersihkan jaketnya dari air hujan.
Doki…doki… Yamapi merasakan debaran di dada nya semakin kuat. Di memandang Tegoshi yang belum sadar dengan keberadaannya. Yamapi mencubit pahanya sendiri, sakit. Dia memang tidak sedang bermimpi. Ini nyata! Orang yang dia rindukan selama 5 tahun ini ada di hadapannya!
“Acchoo!” tiba-tiba Yamapi melihat Tegoshi bersin. Reflek dia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya, sebelum Tegoshi sempat mengeluarkan miliknya sendiri. Yamapi menyodorkannya di depan Tegoshi. Pria tampan itu kaget, tapi tersenyum.
“Arigatou, aku punya sapu tanganku sendiri…” katanya sambil melihat pada Yamapi. Pause. Tegoshi terpana. Senyumannya memudar sedikit demi sedikit. Yamapi menatapnya. Mereka saling menatap untuk beberapa detik. Tidak percaya, terkejut, bahagia, berdebar-debar. Semua perasaan campur aduk memenuhi hatinya. Pikiran-pikiran masa lalu menyergapnya. Ini pasti mimpi!! Tegoshi benar-benar tak bisa percaya.
“Tego-chan…” Yamapi memecahkan keheningan terlebih dulu. Ini bukan mimpi! Suara itu, panggilan itu sangat jelas menghampiri telinganya.
“Yama…Yamashita-kun..?” panggil Tego lirih. Yamapi tersenyum padanya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Acchoo!” Lagi-lagi Tegoshi bersin. Dia mengusap hidungnya dengan sapu tangan Yamapi yang tadi di berikan untuknya. Dari malam kemarin sejak dia tidur dengan membuka jendela kamarnya, dia benar-benar terkena flu.
“Daijoubu ka?” tanya Yamapi. Sekarang mereka ada di sebuah café. Mereka duduk berhadapan. Yamapi sudah memesankan 2 cangkir cokelat hangat untuk mereka. Di luar hujan masih turun, semakin deras.
Tegoshi menganggukkan kepalanya, sambil tersenyum.
“Daijoubu” jawabnya pula, meyakinkan Yamapi.
Yamapi balas tersenyum. Kemudian mereka terdiam, bingung dengan pembicaraan seperti apa yang harus mereka mulai. Sudah bertahun-tahun, dan seharusnya banyak hal yang akan mereka bicarakan. Tapi…..entahlah.
“Hisashiburi ne” kata Tegoshi akhirnya.
“Hum…” Yamapi menganggukkan kepalanya. “Hisashiburi”
Dan pembicaraan mereka pun dilanjutkan dengan mengenang masa kecil mereka. Semuanya mulai cair, mereka tertawa-tawa mengenang kenakalan dan kebodohan mereka dulu.
“Yamashita-kun selalu menolongku. Aku ingat saat Takeshi dan teman-temannya mengambil mainanku, Yamashita-kun yang mengambilkannya kembali” kata Tegoshi, sambil tersenyum lucu.
“Tentu saja. Aku kan sudah berjanji padamu untuk selalu menjagamu” jawab Yamapi, balas tersenyum lucu.
“Janji seorang anak kecil….”
“Aku menepatinya hingga kita di sekolah menengah, bukan?”
Tegoshi diam, masih tersenyum. Lagi, mereka saling menatap. Tego-chan nya memang sudah lebih dewasa, tapi senyuman seperti malaikatnya sama sekali tak berubah, pikir Yamapi. Tegoshi pun berpikir, Yamashita-kun nya semakin tampan, seperti yang pernah dia bayangkan.
“Yamashita-kun tidak sempat menjagaku disaat terakhir sebelum lulus” gumam Tegoshi.
“Gomen…” Yamapi menunjukkan raut menyesalnya. Dia tau masalah Tegoshi dengan Ikuta setelah dia lulus dari sekolahnya.
“Ii yo…” Tegoshi menggelengkan kepalanya. “Bagaimana kabar Ikuta-kun?” tanyanya pula.
“Aku tidak tau. Dulu setelah lulus, dia pindah ke Fukuoka”
“Sampai sekarang aku masih tidak mengerti kenapa dia ingin menjauhkanku dari Yamashita-kun” kata Tegoshi lagi. Dia melihat Yamapi menghela napasnya. “Sepertinya kau tau sesuatu…?” Tegoshi memandangnya penuh selidik.
“Dia…dia cemburu padamu” jawab Yamapi akhirnya.
“Hah?” Tegoshi seperti tak percaya dengan yang di dengarnya.
“Yea, dia cemburu”
“Tapi kenapa???” Tegoshi mengerutkan dahinya, heran.
“Kau tau seberapa dekat kami….”
“Hum, tampaknya kalian memang sangat akrab. Tapi itu tidak berarti dia harus cemburu padaku. Seharusnya dia mau menjadi temanku juga….”
Tiba-tiba Yamapi tertawa kecil. Tegoshi semakin heran.
“Doushiou??” tanyanya.
“Kau ini masih polos seperti dulu” Lagi-lagi Yamapi tertawa kecil.
“Polos???” Tegoshi mengulang, kemudian berpikir. Memikirkan di sebelah mana kepolosannya.
“Tego-chan….” Kata Yamapi tiba-tiba. Membuat Tegoshi berhenti berpikir. Yamapi menatapnya, langsung ke matanya. “Aitai yo” bisik pria itu, lembut. Debaran di dada Tegoshi serasa makin bergemuruh. Dia sampai takut Yamapi akan mendengarnya.
“Aitai mo, Yamashita-kun…” entah kekuatan darimana, tapi Tegoshi berhasil juga mengucapkannya. Mereka saling melempar senyum. Senyuman kesekian. Ada makna di balik senyuman-senyuman itu, betapa mereka memang saling membutuhkan. “Aku lihat kau baik-baik saja” kata Tegoshi lagi tiba-tiba mengubah atmosfir yang tadi sudah mulai menuju ke arah sesuatu.
“Hah? Apa maksudmu?” Yamapi bertanya bingung.
“Aku ingat, kau pernah bilang kau bisa mati jika lama-lama tak bicara denganku, ternyata setelah 5 tahun…kau baik-baik saja” jelas Tegoshi, sambil sedikit menggodanya. Muka Yamapi memerah, kata-kata itu… kata-kata yang dia ucapkan saat Tegoshi marah padanya. Dia memang merasa begitu saat itu. Dia tak tahan Tegoshi mengacuhkannya.
“Aku…..” Yamapi kehilangan kata-kata. Dia menundukkan kepalanya, tersenyum malu. Tegoshi tertawa. Yamashita-kun nya ternyata tak begitu banyak berubah dalam bersikap, apalagi hazukashi smile itu, masih tetap sama.
“Nande?” tanya Tegoshi masih sambil tertawa. Perlahan Yamapi mengangkat wajahnya, menatap Tegoshi. Tatapan yang lebih lembut daripada tatapan sebelumnya.
“Aku mengingat kejadian saat itu…” kata Yamapi tiba-tiba, senyuman malu-malunya mulai berubah jadi senyuman yang hangat, sehangat tatapannya.
“Kejadian…saat itu?” Tegoshi mengulang sambil berpikir, mencoba mengingat juga.
“Lupa?”
Tegoshi masih memasang raut mengingat di wajahnya. Yamapi terus memandangnya, dia menyukai wajah itu, sangat menggemaskan.
“Kau mau aku membantumu mengingatnya?” tanya Yamapi lagi.
“Aku sudah ingat” jawab Tegoshi cepat. Dia tidak tau bagaimana cara Yamapi akan membantu dia untuk mengingat, tapi dia memang tak mau tau.
“Hontou? Apa itu?”
to be continued***
music :masih time-yamapi XD

FanFic

Chapter 2
Malam itu Tegoshi tak bisa tidur. Dia berjalan-jalan di dalam kamarnya. Membuka pintu kaca yang menuju ke balkon. Angin malam menyeruak masuk, menghembuskan tirai yang menutupi pintu dan jendela. Membelai tubuh Tegoshi, menyentuh rambutnya. Dingin. Tapi Tegoshi tak merasa harus menutupnya lagi. Dia tiba-tiba teringat album foto yang tadi pagi ditemukan Eri. Tegoshi mengambilnya dari kotak rahasia yang dia simpan di dalam lemari bajunya. Kemudian dia duduk di ranjangnya menghadap ke arah balkon. Angin malam menyentuhnya lagi. Perlahan, Tegoshi membuka halaman demi halaman. Kenangan masa lalu menghampirinya. Kali ini dia tak mengelak. Dia membiarkan pikirannya larut jauh ke masa lalu yang sangat dia rindukan…

-----FLASH BACK-----
“Yokatta ne…kita bersama lagi” Yamashita Tomohisa, 18 tahun, adalah orang yang selalu menjaga Tegoshi Yuya, 16 tahun, sejak mereka masih kecil. Karena mereka bertetangga dan rumah mereka berdekatan. Sekarang Tegoshi telah masuk sekolah menengah atas. Sekolah yang sama dengan Yamashita, sehingga kini dia menjadi senpai Tegoshi juga.
“Yey…arigatou Yamashita-kun” kata Tegoshi, tersenyum pada laki-laki tampan yang selalu di idolakannya itu. Sejak di taman kanak-kanak, Tegoshi telah mengenal Yamashita. Tegoshi adalah anak tunggal, sehingga dia senang sekali bisa memiliki seseorang seperti Yamashita. Maka sejak itulah Tegoshi seperti menyerahkan seluruh hidupnya di tangan Yamashita. Saat dia sedih, Yamashita akan datang menghiburnya. Saat dia sakit, Yamashita akan merawatnya. Saat dia kesulitan, Yamashita akan datang membantunya. Dan itu terus berlanjut hingga sekarang, hingga mereka sebesar ini. Walaupun mereka sudah bukan anak-anak lagi. Tegoshi mengamati perkembangan Yamashita dari hari kehari, pahlawannya itu tentu saja mengalami perubahan. Dia semakin……..tampan, gagah, menarik. Tegoshi ingat saat mereka di sekolah menengah pertama, banyak sekali gadis yang ingin dekat dengan Yamashita, padahal saat itu Yamashita belum setampan sekarang. Lalu bagaimana dengan sekarang? Tegoshi tak harus banyak bertanya. Dia bisa melihatnya sendiri, betapa populernya pahlawannya ini. Seisi sekolah mengenalnya.
“Sugoi, Yamashita-kun…sepanjang perjalanan kita kemari tadi, semua orang menyapamu” kata Tegoshi mengutarakan kekagumannya. Dia menatap senpai nya itu takjub.
“Tidak usah berlebihan……mereka biasa saja” Yamashita merendah. Dia memasang hazukashi smile di bibirnya. Sebenarnya dia suka melihat Tegoshi menatap takjub padanya, sangat menggemaskan.
“A~~, Yamashita-kun memang keren!”
“Sudahlah…” Yamashita mengelak. Dia tak mau kalau wajah merahnya terlihat oleh Tegoshi. “Kemari, duduklah disini” Yamashita menarik tangan Tegoshi agar duduk di sebelahnya. Di tembok yang menghadap ke sebelah utara dari gedung sekolah mereka. Sekarang mereka memang sedang berada di atas atap gedung. Tempat yang aman bagi Yamashita di waktu makan siang seperti ini, untuk menghindari fans-fans nya yang suka tiba-tiba datang menawarkan kotak bekal makan siang mereka.
“Saa, mari kita makan!” Yamashita mengeluarkan dua buah roti dari saku jasnya.
“Ehh~~??? Aku pikir kita tidak akan makan. Aku memang bodoh meninggalkan kotak bekal ku di meja makan tadi pagi, aku takut terlambat masuk di hari pertama ku” Tegoshi bercerita dengan wajah dan suara penuh penyesalan.
“Daijobu, besok kau tak boleh lupa lagi ne? sekarang ayo makan ini” Yamashita menenangkannya dan memberikan satu roti padanya.
“Haik, arigatou…” Tegoshi menerima roti itu. “Whoa, bluberry!” Tegoshi berteriak senang ketika melihat roti itu. Roti kesukaannya, rasa bluberry. Yamashita tertawa melihat reaksi Tegoshi yang lucu.
“Tentu saja. Kau tak akan mau makan roti lain selain roti itu” katanya.
“Dan roti Yamashita-kun pasti rasa strawberry!” Tegoshi menunjuk roti nya.
Yamashita mengangguk.
“Aku juga tak mau makan roti lain selain roti ini” katanya, membenarkan. Dan mereka pun tertawa bersama. Yamashita suka melihat tawa Tegoshi. Anak itu memberinya keceriaan. Yamashita tak bisa mengelak, kalau dia memang bahagia jika berdekatan seperti ini dengan Tegoshi. Membuatnya selalu ingin menjaga Tegoshi. Tak ingin membiarkannya terluka, tak ingin sekalipun melihatnya menangis lagi. Dulu dia pernah melihat Tegoshi menangis. Sangat menyedihkan melihat wajah lembut itu menangis karena sakit hati. Sejak itu Yamashita pun berjanji pada dirinya sendiri akan selalu menjaga Tegoshi, apapun yang terjadi.
“Oishi” kata-kata Tegoshi membuyarkan lamunan Yamashita. Mereka menengokkan kepala bersamaan, mata mereka bertemu. Tegoshi memberikan senyuman manisnya. Senyuman yang seperti malaikat. Yamashita selalu merasa berdebar melihat senyuman itu, entah sudah berapa puluh kalipun dia melihatnya.
Yamashita mengangguk nervous. Dia memalingkan lagi wajahnya, takut Tegoshi melihat kalau wajahnya memerah. Tapi tiba-tiba tangan Tegoshi meraih dagunya, membuatnya kembali menghadap pada wajah lembut seperti malaikat itu. Yamashita merasa napasnya tercekat, dadanya berdebar kencang. Tanpa sadar dia memejamkan matanya Apa yang mau dilakukan anak ini??? Pikirnya, bertanya-tanya. Pelan, dia merasakan sesuatu mengusap sudut bibirnya. Yamashita membuka matanya, itu jari Tegoshi yang menyentuh bibirnya.
“Makanmu berantakan Yamashita-kun” kata Tegoshi sambil tertawa kecil. Dia melepaskan tangannya dari dagu Yamashita.
Napas Yamashita kembali normal. Walaupun dadanya masih berdebar, tapi dia merasa lebih baik. Setidaknya dia tidak merasa jantungnya akan keluar seperti tadi.
Mengerikan. Ada apa dengan dirinya?? Tapi kenapa ini menyenangkan?? Yamashita belum menemukan jawabannya saat itu.

***

Tegoshi terpojok. Dia menatap takut pada wanita di hadapannya.
“kawaii Tegoshi-kun….kau ketakutan seperti itu, membuatku makin penasaran” kata wanita itu semakin mendekat. Dia membuka kancing kemejanya satu persatu.
“Kojima-san, yamette…” Tegoshi mencoba menghentikan tindakan tak senonoh gurunya itu.
“Akane. Panggil saja aku Akane. Sekarang aku bukan guru mu” Kojima sensei membuat suaranya agak berbisik. Ingin membuat Tegoshi tergugah. “Kemarilah Tegoshi-kun, aku tak akan menyakitimu. Kau akan meyukainya…”
Tegoshi bertahan, dia tak bisa lari lagi. Dia terpojok. Kojima sensei telah mendekat. Dia memeluk Tegoshi, memaksa anak itu menyentuhnya. “Aku akan membuatmu dikeluarkan kalau kau tak mau menurut padaku” bisik Kojima sensei di telinga Tegoshi, mengancamnya.
Tegoshi memejamkan matanya. Ini mengerikan. Dia tiba-tiba semakin lemah. Dia menyerah…

“Doshita?” Yamashita melihat Tegoshi aneh akhir-akhir ini. “Kau diganggu makhluk-makhluk berisik itu lagi?” setelah beberapa bulan di sekolahnya, Tegoshi menjadi cukup terkenal, walaupun tak seterkenal Yamashita. Tapi dia telah punya fans sendiri. Telah dua kali mendapatkan pernyataan cinta, tapi tak ada yang diterimanya. Tegoshi berpikir baru akan berpacaran saat umurnya telah 17 tahun atau setelah dia keluar sekolah, atau mungkin juga…..setelah Yamashita lebih dulu berpacaran. Selama ini Tegoshi melihat Yamashita memang belum berpikir serius untuk berpacaran. Dia ramah pada siapapun,dia mau pergi dengan siapapun tanpa terikat apapun. Memang terkesan seperti seorang player, tapi tak ada seorangpun yang menganggap Yamashita begitu. Itulah yang membuat iri semua anak laki-laki disekolah. Yamashita bisa dekat dengan siapapun, tanpa ada siapapun yang merasa sakit hati atau merasa dipermainkan. Dia hebat. Mau tak mau semua anak laki-laki mengakuinya. Dan tentu saja Tegoshi pun. Dia semakin kagum pada idolanya ini.
“Tego-chan???” Yamashita mengulang memanggilnya. Karena sepertinya dari tadi dia tidak digubris. Tegoshi sedang melamun, tidak menyadarinya.
“A~~, gomen Yamashita-kun…..” seperti yang Yamashita duga, dia melamun. Tegoshi tampak terkejut melihatnya berada disana.
“Nande yo???” Yamashita bertanya lagi tak sabar.
Tegoshi menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia juga memberikan senyuman yang sangat terlihat dipaksakan. Yamashita menyadari ada yang tak beres.
“Uso. Jangan berbohong padaku!”
Tegoshi memandangnya ragu-ragu. Suara Yamashita mengindikasikan, dia akan marah.
“Ne…” panggil Yamashita lagi, “Cepat beritahu aku!”
“Nan…nande mo nai” jawab Tegoshi akhirnya, tetap tak mau bilang. Sekali lagi, dia memasang senyuman terpaksanya. Bagaimana dia harus memulai ceritanya? Mengatakan pada Yamashita kalau dia telah mendapat perlakuan tak senonoh dari gurunya, seorang guru wanita…siapa yang akan percaya? Orang-orang akan berpikir, dia yang bersikap tak sopan pada gurunya! Lagipula dia tak mau kalau sampai di keluarkan. Tapi, Tegoshi memang sudah tak tahan. Sudah tiga kali, bukan satu atau dua kali. Bagaimana kalau tetap dibiarkan, apa dia harus menjalani hal seperti ini sampai dia lulus nanti?? Tentu saja Tegoshi tak mau seperti itu!
“Fuh…..” Yamashita menghembuskan napasnya. Dia sudah tak mau bersabar lagi. Anak ini memang kadang keras kepala, Yamashita sedang malas melayaninya. Dia membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan Tegoshi. Tegoshi terkejut, matanya mengikuti gerakan Yamashita yang berjalan menuju pintu keluar.
“Yamashita-kun!” panggil Tegoshi.
Yamashita membalikkan lagi badannya, malas. Memandang ke arah Tegoshi tanpa mengatakan apapun.
“Kau mau kemana?” tanya Tegoshi akhirnya.
“Ke kelas. Disana pasti sedang ada sesuatu yang menyenangkan” jawab Yamashita singkat. Tegoshi terdiam. Dia sadar kenapa Yamashita bersikap seperti itu. Yamashita pasti kesal karena Tegoshi tetap tak mau berkata jujur. “Kau juga cepat kembali lah ke kelas, anginnya sedang besar sekali. Kau bisa terkena flu lama-lama disini.” tambah Yamashita sambil meneruskan berjalan. Tegoshi masih diam di tempatnya hingga Yamashita benar-benar menghilang dari pandangannya. Yamashita benar-benar meninggalkannya sendiri. Gomen Yamashita-kun, aku tak tahu bagaimana cara untuk memberitahumu….. Tegoshi sangat menyesal dalam hatinya.

Wanita itu datang lagi. Tegoshi memandangnya muak.
“Beruntung sekali kita selalu berdua di tempat ini” kata Kojima sensei sambil mengunci pintu ruangannya. Bukan keberuntungan. Ini adalah kesialan yang selalu sengaja di rekayasa oleh Kojima sensei untuk menjebak Tegoshi. Kali ini dia mengatakan ada sesuatu yang perlu dikerjakan Tegoshi di ruangannya. Nyatanya dia hanya ingin berduaan dengan Tegoshi. Sungguh monster wanita yang mengerikan bagi Tegoshi.
“Sekarang masih jam belajar, Kojima-san” kata Tegoshi dingin.
“Lalu kenapa? Kau ingin belajar?” Kojima sensei tersenyum mengejek. “Bohong sekali kalau kau menjawab memang ingin belajar. Tak ada anak-anak yang menyukai belajar. Aku sudah memberimu kelonggaran, seharusnya kau senang” dia mulai mendekati Tegoshi. Kali ini Tegoshi tak berlari menjauhinya. Ini sudah bukan pertama kalinya lagi.
Dia menahan amarahnya saat wanita itu mulai meraba-raba ke dalam seragam sekolahnya. Ini gila! gila! tapi apa yang harus aku lakukan!? aku tak mau di keluarkan! Tegoshi berteriak-teriak dalam hatinya.

“Yamapi…” Yamashita menengokkan kepalanya ketika seseorang memanggilnya dengan nama populernya.
“A~~, Toma” sahut Yamashita saat melihat teman baiknya, Ikuta Toma berada disana. Ikuta tiba-tiba menarik tangan Yamashita, membawanya menjauh dari gerombolan teman-teman mereka yang sedang ribut bercanda. Jam pelajaran saat itu sedang kosong, guru pelajaran matematika mereka tidak bisa hadir, “Nan desu ka??” Yamashita tampak kebingungan. Tapi dia mengikuti Ikuta yang membawanya ke tempat sepi.
“Coba kau lihat ini….” Ikuta menunjukan ponselnya, dan memperlihatkan sebuah foto.
Yamashita mengambil ponsel Ikuta agar bisa mengamati foto itu dengan jelas. Di pikirannya, paling foto perempuan cantik, atau foto perempuan seksi. Tapi… Yamashita tercekat melihat foto itu. Dia tak melihat foto perempuan cantik atau seksi seperti yang dia bayangkan. Itu… itu Kojima sensei sedang berciuman dengan seseorang yang jelas Yamashita hapal sekali walau hanya melihatnya sekilas. Orang yang selalu bersamanya sejak mereka masih kecil, itu Tego-chan nya!
“Nan…nani kore??” gumam Yamashita tak percaya.
“Dia Tegoshi-kun bukan?” tanya Ikuta tenang. Yamashita tak menjawab. “Pantas akhir-akhir ini aku sering melihatnya keluar masuk ruangan Kojima sensei” tambah Ikuta lagi. Yamashita terkesiap, dia memberikan ponsel itu kembali pada Ikuta, lalu pergi meninggalkannya tanpa berkata apapun. Dia menuju kelas Tegoshi. Disana sedang belajar, Yamashita melongokkan kepalanya mencari-cari Tegoshi. Teman-teman Tegoshi yang melihat dia seperti itu jadi berkasak-kusuk, apalagi yang murid perempuan, mereka mencuri-curi pandang pada Yamashita sambil tersenyum-senyum malu.
“Yamashita-kun?” guru yang sedang mengajar menyadari keberadaan Yamashita. Dia menunjukkan wajah herannya, bertanya-tanya sedang apa Yamashita disana.
“Haik, Hiyama sensei….” Sahut Yamashita, agak terkejut. Dia menundukkan badannya.
“Kau sedang apa?”
“Aku mencari seseorang” katanya. Kasak-kusuk semakin menjadi. Para murid perempuan jadi membereskan rambut dan seragam mereka, bahkan ada yang mengeluarkan cermin dan alat-alat make up mereka. Para murid laki-laki keheranan sekaligus iri. Murid-murid perempuan itu berpikir ada seseorang diantara mereka yang sedang dicari Yamashita.
“Siapa yang kau cari Yamashita-kun?” tanya Hiyama sensei lagi. Agar membuat suasana kelas cepat kembali normal. Semuanya diam menanti jawaban Yamashita. Para murid perempuan berdebar-debar.
“Tegoshi Yuya” jawab Yamashita singkat. Dan seisi kelas pun mendadak ramai kembali. Murid-murid perempuan mengeluh tak percaya, para murid laki-laki menghela napas lega. Hiyama sensei tersenyum melihat kelakuan murid-muridnya, dan Yamashita tak begitu ambil pusing. “Dia seharusnya ada disini….” Yamashita malah bergumam.
“A~~, Tegoshi-kun sudah izin untuk tak masuk kelasku,” kata Hiyama sensei.
“Ehh~~? Nande??”
“Dia diminta Kojima sensei di ruangannya, untuk membantu mempersiapkan perlombaan melukis di festival antar sekolah bulan depan”
Kojima sensei???!!! Yamashita terperanjat.
“Arigatou” katanya sambil membungkukkan lagi badannya dan langsung melesat menuju ruangan Kojima sensei, tanpa menunggu Hiyama sensei menjawabnya. Semua melihat Yamashita heran untuk kesekian kalinya.
Yamashita langsung menarik pintu ruangan Kojima sensei. Tapi pintu itu terkunci.
Sial! Yamashita mengutuk dalam hati. Dia pun mencoba membuka paksa, sambil berteriak-teriak memanggil Tegoshi. Di dalam, kedua orang itu terkejut. Mereka menghentikan apa yang sedang mereka lakukan.
“Yamashita-kun…” gumam Tegoshi. Dia cepat mendekati pintu, untuk membukanya. Tapi Kojima sensei menariknya kasar.
Dia membereskan dirinya, lalu menyuruh Tegoshi untuk bersembunyi. Tapi Tegoshi melawan, dia tak mau.
“Ingat, Tegoshi Yuya. Aku bisa mengeluarkanmu dari sekolah dan menghancurkan reputasimu!” ancamnya. Tegoshi tersudut. Dia tak tahu harus bagaimana. Tapi Yamashita ada di luar sana. Dia bisa menyelamatkan dirinya. Semua ini bisa berakhir.
“Tegoshi!” Yamashita masih berteriak. Tegoshi memberanikan dirinya. Dia terus mendekati pintu dan mendorong Kojima sensei yang berusaha menghalanginya.
Pintu pun berhasil dibuka. Tegoshi menghambur pada Yamashita. Memeluk laki-laki itu erat. Berakhirkah semuanya????

**
“Kau keterlaluan” ucap Yamashita pelan. Mereka sedang dalam perjalanan pulang. Masalah tadi telah mencapai akhirnya. Kojima sensei terbukti bersalah telah melakukan tindakan asusila pada muridnya sendiri yang masih di bawah umur. Walaupun sebelumnya dia menyangkal dan nyaris membuat Tegoshi menjadi pesalah. Tapi Tegoshi akhirnya berani mengatakan kalau dia diancam oleh guru wanita itu. Dan beruntung ada yang membantunya, seorang penjaga sekolah yang pernah melihat bagaimana Kojima sensei sedang memaksa Tegoshi.
Tegoshi menengokkan kepalanya ke arah Yamashita. Diakuinya dia merasa bersalah juga, selama ini tak pernah menceritakan semuanya pada Yamashita. Padahal mereka sudah bukan orang lain. Mereka sudah bertahun-tahun bersama.
“Gomen…” sahut Tegoshi pelan juga sambil menundukkan kembali kepalanya. Tak berani menatap wajah Yamashita.
“Sebenarnya selama ini, kau anggap aku apa….?” kata Yamashita lagi, semakin membuat Tegoshi tak berani mengangkat wajahnya. “Apa aku memang orang yang tak pantas mengetahui masalah-masalahmu? Aku sudah bukan orang yang boleh mencampuri urusanmu lagi? Apa sekarang kita sudah bisa menjalani semuanya sendiri-sendiri? Kau sudah tak memerlukan aku lagi……..?” Yamashita terus berkata dengan kata-kata yang penuh pertanyaan dan membuat Tegoshi terhenyak. Dia tak suka mendengar pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Pertanyaan-pertanyaan yang sama sekali tak pernah mau dia dengar, apalagi dari mulut seorang Yamashita, orang yang selalu dia puja, dia hormati, dia….sukai.
“Yamashita-kun, kata-katamu sangat menyebalkan!” katanya tiba-tiba. Dia berhenti berjalan dan berdiri tepat di depan Yamashita. Dia menatap laki-laki tampan itu, tajam.
Yamashita cukup kaget dengan reaksi Tegoshi. Tego-chan nya terlihat marah. Tapi dia berusaha tetap tenang.
“Itu benar bukan?”
“Sama sekali tidak!!” Tegoshi menjawabnya ketus. “Aku hanya tak ingin menyusahkanmu, selama ini aku selalu bergantung padamu, dan masalah ini cukup berat, aku tak mau melibatkanmu. Aku takut kau diancam akan dikeluarkan juga seperti aku. Kau tahu itu!” Tegoshi masih menatapnya tajam. Yamashita tercekat, tak tahu harus berkata apa. “Gomen!” tambah Tegoshi lagi, setelah beberapa detik Yamashita belum mengatakan apapun. Dia membungkukkan badannya, lalu cepat membalikannya. Dan dia pun pergi lebih dulu tanpa melihat pada Yamashita lagi. Dia benar-benar marah.
“Te..go-chan…” Yamashita tak jadi memanggilnya. Akan sia-sia saja. Tegoshi pasti belum mau bicara padanya. Untuk pertama kalinya dalam kebersamaan mereka, mereka bertengkar hebat.

***
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tegoshi menghela napas. Dia merebahkan tubuhnya diatas ranjangnya. Angin malam masih menyeruak masuk ke dalam kamarnya. Dia memeluk album foto itu di dadanya. Pikirannya masih di masa lalu. Masih mengingat Yamashita Tomohisa.

-----FLASH BACK-----
“Yo!” wajah Yamashita tiba-tiba muncul di balik pintu kamar Tegoshi. Tegoshi yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya, kaget melihat ke arah Yamashita. Dia tak menyangka Yamashita akan datang hari itu. Padahal sudah hampir 5 hari mereka tak saling bicara, tak saling menyapa. Benar-benar pertengkaran mereka yang paling hebat. Tapi sekarang, Yamashita tiba-tiba datang dan bersikap seolah mereka baik-baik saja.
“Lihat, roti blueberry dan strawberry!” kata Yamashita memperlihatkan dua bungkusan roti kesukaan mereka. Dia duduk disamping Tegoshi yang masih terheran-heran dan memasang raut seperti dia terganggu dengan kedatangan Yamashita yang tiba-tiba.
“Haik, kore…” Yamashita memberikan roti blueberry . Tegoshi diam saja tak menerimanya. Tapi Yamashita malah membukakan bungkusnya, kemudian menaruhnya di tangan Tegoshi. Dia sendiri pun membuka roti strawberry nya dan memakannya. “A~~, kau sedang mengerjakan tugas sekolahmu ya” dia melihat-lihat pada buku yang sedang di kerjakan Tegoshi. Tapi Tegoshi cepat menjauhkannya. Yamashita memandangnya. Tegoshi mengacuhkannya. Tiba-tiba Yamashita mendekatkan wajahnya pada roti blueberry Tegoshi, bermaksud memakannya. Dan Tegoshi langsung menjauhkannya. Dia menatap tajam pada laki-laki tampan itu.
“Kau tidak memakannya, biar aku mencobanya sedikit” kata Yamashita membela diri.
“Kau makan saja punyamu sendiri” sahut Tegoshi ketus. Dia memalingkan wajahnya dari Yamashita. Tegoshi mendengar Yamashita menghembuskan napasnya. Dia bersandar pada tembok di samping Tegoshi. Dia mengeluh.
“Kau…masih marah padaku, Tego-chan?” katanya pelan.
Tegoshi melihat Yamashita lewat ujung matanya. Dia tak menjawab. Sebenarnya dia ingin bilang, dia sudah tak marah. Dan dia merindukan Yamashita-kun nya……
“Aku merasa buruk sekali tidak menyapamu beberapa hari ini. Aku merasa tak berarti lagi tak bisa mengobrol denganmu. Aku merasa bodoh dengan hanya melihatmu dari kejauhan…” Lanjut Yamashita tiba-tiba. Tegoshi merasa darah di dalam tubuhnya berdesir, nyaman sekali.
“Aku tak bisa lebih lama lagi seperti ini denganmu Tego-chan…aku bisa mati” gumam Yamashita pula. Pelan, tapi terdengar jelas dan jujur. Tegoshi merasakan desiran darah di tubuhnya semakin kuat, perasaan aneh yang benar-benar membuatnya nyaman.
“Tidak lucu kau berkata seperti itu….” Tegoshi masih pura-pura bersikap acuh. Dia merasa malu sekali kalau langsung menunjukkan perasaan sebenarnya, bahwa dia sangat senang dan dia memiliki perasaan yang sama selama mereka bertengkar seperti ini.
Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di dadanya dan menariknya hingga dia bersandar pada tubuh seseorang. Tegoshi merasakan wajah Yamashita menempel di pundaknya. Hembusan nafas Yamashita terasa jelas di telinganya, seperti mengusap leher dan rambutnya. Hangat. Tegoshi tak berani menengokkan wajahnya. Mereka dekat sekali. Yamashita memejamkan matanya, diam. Merasakan tubuh Tegoshi di sandarannya. Menikmati wangi dari rambut Tego-chan nya. Selama beberapa menit hanya seperti itu. Tak ada yang bersuara. Sampai Tegoshi merasa pegal dengan posisinya. Dia memecahkan kesunyian.
“Ne Yamashita-kun…” katanya sambil menengok ke samping, dimana Yamashita menyandarkan dagunya di bahu Tegoshi. Yamashita membuka matanya, wajah keduanya sangat dekat, hanya beberapa senti saja. Membuat Tegoshi lupa apa yang akan dikatakannya. Beberapa detik kemudian, Yamashita semakin mendekatkan wajahnya, menyentuh bibir Tegoshi dengan bibirnya. Sebuah ciuman. Tegoshi seperti kehilangan jiwanya. Dia menyambut bibir Yamashita. Mereka berciuman. Ciuman pertama mereka. Setelah satu menit, mereka berhenti. Saling menatap. Keduanya benar-benar tak sadar dengan yang telah mereka lakukan, mereka hanya tahu, itu yang mereka inginkan. Mereka merasa nyaman satu sama lain.
“Gomen ne…” bisik Yamashita lembut.
Tegoshi mengangguk, dia tak sanggup lagi bersikap pura-pura acuh. “Mulai sekarang kita tak akan bertengkar lagi” katanya balas berbisik. Mereka pun saling melempar senyum. Yamashita tak bisa menahan diri melihat wajah Tegoshi sedekat ini, dia kembali mencium Tegoshi. Dan ciuman mereka pun berlanjut. Ciuman yang tak berdosa.

***

“…kau ini sangat mengganggu” Ikuta tersenyum sinis pada Tegoshi.
“Tapi, Yamashita-kun dan aku……” Tegoshi mencoba membela diri.
“Teman kecil? Adik-kakak? Aku tak peduli! Kau benar-benar mengganggu dan tak pantas selalu ada di dekatnya!” potong Ikuta kasar. Tegoshi terdiam. Dia merasa setiap yang akan dia katakan sama sekali tak berguna. Ikuta tampak sangat membencinya.
“Lalu, apa yang kau inginkan Ikuta-san?”
“Menjauhlah dari Yamapi! Urusi dirimu sendiri!”
Tegoshi terhenyak mendengar keinginan Ikuta. Apa-apaan ini? Dirinya dan Yamashita telah bersama sejak mereka kecil, sudah sangat lama. Kenapa sekarang tiba-tiba ada orang baru masuk diantara mereka dan memintanya menjauhi Yamashita?! Dia pikir dia siapa?! Tegoshi menahan kekesalannya.
“Itu tidak mungkin” kata Tegoshi mencoba tetap tenang.
“Tentu saja mungkin. Apa susahnya tidak berdekatan lagi dengannya? Kau hanya tinggal menghindari dia”
“Tidak mungkin! Aku tak mungkin seperti itu pada Yamashita-kun yang telah bersama-sama denganku sejak dulu”
“Kau ini keras kepala sekali! Kalau kau tak mau menjauhinya, aku akan menyebarkan kabar kalau kalian sepasang kekasih! Kau bayangkan dampaknya pada diri mu dan terutama Yamapi. Dia tak akan di percaya orang-orang lagi. Gadis-gadis akan membencinya!” Ikuta tiba-tiba mengancam. Tegoshi tak bisa menerimanya.
“Jangan sekali-sekali berani melakukannya. Bukankah kau sahabat Yamashita-kun? Kenapa kau harus punya pikiran sejahat itu?!”
“Kau benar. Tapi demi menjauhkanmu dari Yamapi, aku bisa melakukannya”
Tegoshi menatapnya muak.
“Kenapa….kau sangat membenciku? Kenapa kau ingin sekali aku jauh dari Yamashita-kun?”
“Karena aku tak suka padamu! Sudahlah, peringatan terakhir…. Awas kalau aku masih melihatmu di dekatnya!” Ikuta menyudahi. Dia berbalik dan meninggalkan Tegoshi disana. Tegoshi mematung. Lagi…masalah mendatangi dirinya, tepat disaat hubungannya dengan Yamashita telah membaik. Nande?!!

***
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tegoshi terlelap dengan posisi yang sama. Album foto itu masih di peluknya erat. dan angin masih terus menghembuskan seisi kamarnya. Di benaknya, dia semakin merindukan seseorang dari masa lalunya…..

*****************************Chapter 2-end-******************************
music : Time-Yamapi (buset dah, gw dngrin lagu ini berjuta-juta kali,sukida^o^)

FanFic

Title : Itsumademo

Author : teppenorabu

Fandom : NewS, JE

Pairing : tegopi (Tegoshi Yuya x Yamapi)

Rating : (not yet)

Genre : shiranai.. ^^

Chapter 1

“Yuya-kun… coba lihat ini, aku menemukan sesuatu” panggil Eri yang sedang membereskan lemari buku Tegoshi. Hari itu dia sengaja datang ke apartement kekasihnya pagi-pagi untuk membantu Tegoshi bersih-bersih.

“Nani?” sahut Tegoshi, sambil mendekati Eri. Dia juga sedang asik membongkar kotak rahasia yang berisi barang-barangnya saat dia masih sekolah dulu. Sudah lama sekali tak di lihatnya lagi.

“….kawaii..!!!” Eri berseru takjub menatap lembar demi lembar dari album foto yang ditemukannya. Tegoshi duduk di samping Eri. Dia terkejut dalam hati. Itu album fotonya dulu, yang selalu dia simpan di kotak rahasianya, tapi kemarin-kemarin Tegoshi tak menemukannya, ternyata disini “Ne, yuya-kun…kau imut sekali!” kata Eri lagi sambil menunjuk sebuah foto. Disana ada fotonya dengan seragam sekolahnya dulu, bersama seseorang…..orang yang sudah hampir 6 tahun ini tidak di lihatnya.

“A~~!” Eri berseru lagi, ketika membuka halaman berikutnya. “ini yuya-kun kah?kawaii…” kali ini foto Tegoshi saat berumur 5 tahun, bersama seseorang yang sama… orang itu memang terus bersamanya dari sejak mereka kecil hingga 7 tahun yang lalu.

Tegoshi tertegun, kenangan masa lalu menyergapnya. Dia terganggu. Dia tak mau mengingat orang itu lagi. Tapi memorinya tak berhenti mengingat.

“Ne yuya-kun….” Eri mulai merasa dari tadi kekasihnya itu tak bicara. Seperti tak menggubrisnya. “Doshita no?” tanya Eri sambil melihat ke arah Tegoshi yang lekat menatap album di tangannya. Tegoshi terhenyak, pikirannya kembali ke masa sekarang.

“Iie….” Jawab Tegoshi sambil mengambil album itu dari tangan Eri. Dia bersikap biasa lagi, menyembunyikan kegalauannya.

“E~~, aku belum selesai melihatnya…” Eri memprotesnya. Tapi Tegoshi terus membawa album itu bersamanya.

“Aku akan menyimpannya” kata Tegoshi. Eri menekuk wajahnya, merajuk.

“Nande? Biarkan aku melihatnya sampai selesai” Eri meminta dengan gaya menjanya.

“Tidak. Ini memalukan” kata Tegoshi sambil memperlihatkan hazukashi smile pada kekasihnya itu.

“Ii yo.. Yuya-kun imut sekali saat kecil”

Sekali lagi Tegoshi tersenyum, “arigatou, Eri-chan…” katanya

Eri menyerah setelah melihat senyuman manis kekasihnya. Dia selalu merasa beruntung tiap melihat senyuman itu. Dia bahagia memiliki kekasih setampan dan sebaik Tegoshi.

“Yosh, ayo selesaikan lebih cepat. Aku akan memasak makan siang yang lezat!” kata Eri lagi sambil mengangkat kepalan tangan kanannya ke udara. Dia ceria lagi seperti sebelumnya. Tegoshi tersenyum melihat tingkah kekasihnya. Itu yang membuatnya menyukai seorang Sayaka Eri, hingga 3 bulan yang lalu dia memutuskan untuk menjadikan Eri kekasihnya, setelah sebelumnya mereka berteman saja. Eri yang manja, ceria, dan selalu menyemangatinya, Tegoshi jadi merasa hidupnya lebih berwarna. Tapi… kenangan masa lalu tak pernah bisa pergi dari hidupnya. Kenangan yang ingin dia lupakan, tapi tak pernah ingin dia lupakan, memang sangat rumit. Perasaannya tak bisa berbohong, sekeras apapun dia mencobanya. Tegoshi menatap album foto di tangannya. ‘Itai….’ Tegoshi mengeluh dalam hati.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“….Sou ka” kata Yamapi pelan, setelah ,mendengar penjelasan dari Rei, kekasihnya. Tadi dia mengajak Rei untuk makan siang bersama, tapi tampaknya Rei sangat sibuk dengan pekerjaannya sebagai model. Siang ini dia ada pemotretan di daerah dataran tinggi, jadi dia pergi ke pinggiran kota.

“Gomen, Tomohisa…”

“Daijobu Rei, aku mengerti” Yamapi menyembunyikan kekecewaannya. Harus diakui ini memang sangat mnyebalkan. Sudah hampir seminggu ini mereka tidak benar-benar menghabiskan waktu bersama. Dalam sehari, mereka hanya bisa bertemu 2-3jam saja, dan terkadang tidak bertemu sama sekali. Hanya berhubungan lewat ponsel. Rei yang sangat sibuk. Sedangkan jadwal kerja Yamapi di perusahaannya sudah tak begitu menyita waktunya. Mestinya dia punya banyak waktu untuk bersantai dengan Rei. Tapi belakangan ini karier kekasihnya justru sedang naik daun, banyak majalah yang ingin memotretnya dan menjadikannya cover. Beberapa perusahaan produk pun ingin menjadikannya icon produk mereka. Memang menyenangkan menjadi populer, tapi waktu untuk bersantai bersama orang terdekat harus dikorbankannya. Yamapi telah merasa menjadi ‘korban kepopuleran’ kekasihnya sendiri.

“Maa.. aku pergi dulu. Mereka sudah memanggil untuk memotretku lagi” kata Rei setelah mereka mengobrol cukup panjang.

“Ok” sahut Yamapi tak bersemangat.

“Jaa mata, Tomohisa…”

“Jaa…”

“Aishiteru”

“Aishiteru mo”

Yamapi menutup ponselnya. Sekarang kata-kata cinta terasa tak cukup lagi untuk Yamapi. Dia membutuhkan Rei bukan hanya dengan mendengar suara dia di kejauhan mengatakan ‘aku mencintaimu’. Yamapi membutuhkan kehadirannya, perhatiannya.

Perlahan Yamapi memejamkan matanya, menghela napasnya berat. Dan bayangan masa lalu pun berkelebat lagi di benaknya, setelah beberapa minggu ini dia bisa berhenti mengingatnya karena ada Rei di sisinya. Sekarang setelah beberapa hari terakhir ini dia tak bersama Rei, kenangan itu hadir lagi. Kenangan tentang seseorang yang tak pernah bisa dia lupakan hingga saat ini. Seseorang yang dulu selalu ada untuknya. Seseorang yang secara sempurna telah mengikat perasaannya…. Yamapi merindukannya.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Are?? Miyasama Rei??” Tegoshi menghentikan gerakan makannya dan mengulang nama yang baru saja disebutkan Eri. Kekasihnya itu sedang menceritakan sahabat lamanya.

Eri mengangguk bangga, sambil mengambil makanan dengan sumpitnya.

“Bukankah dia model terkenal itu?” tanya Tegoshi lagi, masih tak percaya.

“Sou…sou…” Eri mengangguk-anggukan kepalanya. “Yuya-kun tak percaya aku berteman baik dengannya?” dia tersenyum lucu.

“Kau tidak sedang mempermainkanku bukan?” Tegoshi malah bertanya curiga.

“Tidak.. tentu saja tidak” Eri tersenyum sambil mengibas-ngibaskan tangannya yang sedang memegang sumpit. “kami benar-benar berteman baik. Kami bersama-sama saat di sekolah menengah pertama. Sejak itu kami bersahabat, walaupun kami harus terpisah saat masuk sekolah menengah atas. Rei-chan dan keluarganya pindah ke Osaka. Tapi kami tak pernah berhenti berhubungan, sampai dia kembali lagi ke Tokyo dan menjadi model seperti sekarang” cerita Eri masih sambil tersenyum. Dia terlihat sangat senang.

“Apa Eri-chan sudah bertemu lagi dengannya?” tanya Tegoshi yang takjub mendengar cerita kekasihnya.

“Tentu saja. Kami suka mengatur pertemuan di akhir minggu. Tapi akhir-akhir ini dia bilang, dia sangat sibuk, jadwalnya padat. Jadi sudah 2 minggu ini kami belum bertemu lagi. A~~~, aku senang sekali melihat Rei-chan bisa sesukses sekarang. Dari dulu dia memang bercita-cita menjadi seorang model yang professional, dan dia berhasil. Rei-chan pantas mendapatkannya”

Tegoshi mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar cerita Eri. Persahabatan memang indah. Dia takjub dengan cara Eri dan Miyasama-san mempertahankan hubungan mereka. Hingga setelah sekian lama, mereka masih bisa untuk bertemu. Tidak seperti dirinya dan………..

“Ne yuya-kun, kalau Rei-chan sudah tak sibuk, aku akan mengenalkanmu padanya” suara Eri menghentikan pikirannya untuk mulai memasuki kenangan masa lalu. Secara tak langsung Tegoshi berterima kasih pada kekasihnya itu.

“Hontou ni? Aku akan mau sekali” sahut Tegoshi terlalu bersemangat untuk menutupi kalau tadi dia mulai melamun lagi.

“Ehh~~, kelihatannya kau sangat bersemangat…??” Eri menatapnya curiga. Tegoshi melihat kekasihnya seperti cemburu. Dia tersenyum menggodanya.

“Eri-chan cemburu pada sahabatnya sendiri. Padahal Eri-chan yang bilang ingin mengenalkan aku padanya”

“Aku tidak cemburu!” sahut Eri cepat. Mulai dengan wajah manjanya. “Aku tak mungkin cemburu pada Rei-chan, kami teman yang sangaaaaaaat baik”

Tegoshi tertawa kecil, sangat lucu memperhatikan kekasihnya itu.

“Apa yang Yuya-kun tertawakan!?” Eri memprotes tawa Tegoshi.

“Tak ada. Aku tidak tertawa…” jawab Tegoshi acuh, masih sambil tersenyum-senyum.

Eri menekuk wajahnya seperti biasa. Tegoshi terus tertawa lagi. Eri memandangnya sebal. “Maa, ayo makan lagi Eri-chan…” Tegoshi mengalihkan pembicaraan. Eri masih diam, merajuk. “Haik, makan ini…” Tegoshi menyodorkan sayuran kesukaan Eri dengan sumpitnya, tepat di depan mulut Eri. Dia bermaksud menyuapi kekasihnya. Eri yang sedang merajuk, tak bisa menahan senyumnya. Tegoshi sangat manis sekali, dia tak mungkin lama-lama sebal padanya. Senyum Tegoshi semakin lebar saat Eri mau membuka mulutnya dan memakan yang dia sodorkan.

“Oishi ne?” tanya Tegoshi benar-benar manis. Eri luluh untuk kesekian kalinya. Dia tersenyum malu sambil mengangguk. “Semua yang di masak Eri-chan memang enak. Arigatou…” tambah Tegoshi lagi, masih dengan senyuman manisnya. Eri merasa dirinya semakin meleleh. Pujian Tegoshi, senyuman manisnya, membuat Eri tak bisa berkutik. Dia benar-benar merasa jadi gadis yang paling bahagia di dunia. Rasanya dia ingin melompat sambil berteriak ‘YAY!’ lalu menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya erat, tanpa melepaskannya lagi. Tapi……Eri tiba-tiba teringat. Sudah 3 bulan bersama, tak pernah sekalipun mereka berciuman. Memeluk pun hanya sekali atau dua kali saja. Mungkin hanya berpegangan tangan yang agak sering. Apa ada yang salah? Kenapa mereka belum melakukan ciuman pertama? Bahkan seharusnya di umur mereka sekarang, mereka sudah bisa melakukan yang lebih dari sekedar berciuman…Eri mendadak merasakan panas di pipinya, sangat malu ketika membayangkan itu. Sudahlah, Eri menggelengkan kepalanya tanpa sadar. Yang penting dia bersama Tegoshi sekarang. Mungkin untuk hal-hal seperti itu akan menyusul suatu hari nanti. Dia hanya harus berusaha agar hubungan mereka bisa untuk selamanya.

Tegoshi tersenyum lagi pada Eri, tanpa mengetahui apa yang dipikirkan kekasihnya itu. Eri membalasnya. ‘Yuya-kun daisuki….’ gumam Eri dalam hati.

****************************Chapter 1-end-*******************************