Jumat, 16 Januari 2009

FanFic

Chapter 3
“Yuya-kun…..” Eri berbisik di telinga kekasihnya yang sedang terlelap. Tegoshi bergumam tak jelas, sambil bergerak, bereaksi karena bisikan Eri. Album foto itu masih ada di dekatnya. “Ohayou” bisik Eri lagi. Akhirnya Tegoshi membuka matanya. Dia telah kembali ke dunia sebenarnya. Dia melihat Eri tersenyum di dekatnya.
“Eri-chan…” Tegoshi menyadari itu kekasihnya, “Ohayou” jawabnya pula sambil balas tersenyum. Dia mengangkat tubuhnya, dan duduk di ujung ranjangnya, mengusap-ngusap muka dengan kedua telapak tangannya. Eri duduk di sebelahnya. Tapi tiba-tiba,
“Achhoo!!” Tegoshi bersin-bersin.
“A~~, Yuya-kun terkena flu!” seru Eri mendadak panic. “Kau tidur tidak memakai selimut, dan…” Eri melihat ke arah pintu balkon yang terbuka. Dia mendekati pintu itu. “Yuya-kun membiarkan pintunya terbuka semalaman!?” dia menatap Tegoshi seperti sedang menghakimi kekasihnya itu.
“…uhm, iya…aku lupa menutupnya tadi malam” jawab Tegoshi sambil menggosok-gosok hidungnya.
“Kau tak boleh mengulanginya. Angin malam tidak bagus untuk tubuh kita. Kau bisa sakit” Eri mengomelinya. Tegoshi mengangguk-anggukan kepalanya,
“Wakarimashita, gomen ne…” katanya dan tersenyum lagi pada Eri. Gadis itu tak bisa menolak senyuman Tegoshi. Senyuman yang seperti malaikat itu, terlalu berharga untuk dia acuhkan. Eri mendekati Tegoshi lagi, kembali duduk di sampingnya.
“Daijobu ka?”
“Daijobu”
“Maa.. aku akan membuatkan sup dan teh hangat untukmu” kata Eri sambil berdiri dari duduknya. Dia berjalan keluar kamar menuju dapur.
“Eri-chan…” panggil Tegoshi sebelum Eri benar-benar keluar kamar. Eri membalikkan lagi badannya. “Arigatou” sekali lagi Tegoshi tersenyum seperti malaikat.
Eri membalas senyuman itu dan menganggukkan kepalanya, lalu pergi menuju dapur. Tegoshi terdiam di tempatnya. Eri-chan sangat baik sekali, sangat perhatian padanya. Tegoshi sudah sewajarnya menjadi seorang pria yang bahagia dengan memiliki kekasih sebaik Eri. Yah, mungkin dia memang bahagia. Tapi tetap tak bisa dia pungkiri, dia masih merindukan orang dari masa lalunya. Tegoshi mengambil album foto yang semalaman dipeluknya. Yamashita-kun….. gumamnya dalam hati.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sebuah kecupan mendarat lembut di pipi Yamapi. Pria tampan itu terhenyak dari pikiran-pikiran masa lalunya. Dia menengok dan melihat Rei berada di dekatnya.
“Hey” sapa Rei tersenyum. Dia duduk di samping Yamapi.
“Rei…” sambut Yamapi. Dia melihat kekasihnya itu semakin cantik. Walau Rei harus memakai kaca mata hitam dan topi untuk menutupi identitasnya, karena sekarang dia bukan orang biasa lagi. Dan bertemu di tempat umum seperti itu cukup beresiko jika ada yang mengenalinya.
“Gomen, apa kau lama menungguku?”
“Hm..hanya beberapa menit saja” Yamapi menggelengkan kepalanya. Dia masih memandang takjub pada Rei yang sudah seminggu lebih tak di lihatnya.
“Minggu depan aku harus ke Hawaii” kata Rei tiba-tiba. Perlahan Yamapi memudarkan senyumannya. Sungguh suatu hal yang tak mau di dengarnya disaat mereka baru bertemu lagi seperti ini. “Bulan ini benar-benar sibuk” tambah Rei lagi tersenyum pada Yamapi
Kekasihnya itu hanya mengangguk, mengukir senyuman terpaksa di bibirnya. Yamapi tak ingin berpikir yang tidak-tidak tentang kekasihnya. Apakah Rei memang sudah tak peduli padanya? Apakah dirinya sudah tak begitu penting untuk Rei? Yamapi tak mau berpikir seperti itu.
“Sou ka… yokatta ne” komentarnya dipaksakan. Rei tak menyadari sikap terpaksa kekasihnya. Dia memang terlalu memikirkan kariernya, walaupun rasa cintanya pada Yamapi tidak berkurang sedikitpun. Dia selalu mencintai pria itu. Sayangnya setiap tindakan yang dia lakukan tak terlihat cukup untuk Yamapi, karena dia memang kurang menunjukkannya. Dan perjalanan cinta mereka pun menjadi sedemikian dinginnya.
“Jadi, minggu ini kau harus menghabiskan waktu denganku” tambah Yamapi pula. Sebelum meminum cappuccino nya, Rei tersenyum dan mengangguk setuju.
“Ok” katanya. Yah, sedikitnya Yamapi terhibur dengan itu.
Beberapa menit kemudian ketika mereka sedang asik mengobrol, ponsel Rei berbunyi. Dia langsung mengeluarkan ponsel itu dari tasnya.
“A~~, gomen Tomohisa…. Sebentar aku menjawab telepon dulu” kata Rei setelah melihat siapa yang menghubunginya. Tampaknya dari manajernya. Dia beranjak dari tempatnya mencari tempat yang lebih sepi dan nyaman. Yamapi hanya mengangguk dan meminum cappuccino nya sambil melihat keluar dari jendela café. Dan tiba-tiba seraut wajah yang selalu hadir di pikiran dan mimpinya akhir-akhir ini terlihat diantara kerumunan orang yang berjalan melewati café itu. Melintas begitu saja tepat di hadapannya. Semuanya bergerak seperti slow motion. Yamapi terpana untuk beberapa saat. Yamapi antara yakin dan tak yakin, tapi dia bersumpah pada dirinya sendiri tak mungkin dia melupakan wajah itu, walaupun sudah lima tahun yang lalu dan pasti banyak yang berubah dengan penampilannya. Tapi wajah seperti malaikat itu.. tak mungkin dia salah. Orang yang selalu dia rindukan. Tego-chan nya…
Tanpa sadar dia beranjak dari tempatnya, dia bergerak ke arah pintu keluar. Dia mencari-cari diantara kerumunan orang berjalan tadi. Beberapa saat dia terus mencari. Dia tak ingat dengan Rei yang mungkin sudah kembali, dan tak menemukannya disana. Yamapi menengokkan kepalanya kesana kemari, melihat ke setiap toko dan café. Hingga saat dia seperti mau menyerah, dia melihat seseorang sedang berdiri di depan sebuah etalase, mengamati isi etalase itu. Orang yang dari tadi dicarinya! ternyata dia memang tak salah melihat, dia tak sedang bermimpi atau berkhayal. Disana berdiri Tego-chan nya. Yamapi melihatnya, berdebar, semua perasaan bercampur aduk. Dia bergerak untuk menghampiri, tapi baru saja kakinya melangkah 3 langkah, hujan turun dengan tiba-tiba. Dia melihat Tegoshi berlari mencari tempat berteduh. Yamapi tak mau kehilangannya lagi. Dia langsung mengejar ke arah mana Tegoshi berteduh. Dan tibalah mereka di depan sebuah toko. Tempatnya cukup untuk berteduh 2 orang. Yamapi sampai setelah Tegoshi ada disana, sedang membersihkan jaketnya dari air hujan.
Doki…doki… Yamapi merasakan debaran di dada nya semakin kuat. Di memandang Tegoshi yang belum sadar dengan keberadaannya. Yamapi mencubit pahanya sendiri, sakit. Dia memang tidak sedang bermimpi. Ini nyata! Orang yang dia rindukan selama 5 tahun ini ada di hadapannya!
“Acchoo!” tiba-tiba Yamapi melihat Tegoshi bersin. Reflek dia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya, sebelum Tegoshi sempat mengeluarkan miliknya sendiri. Yamapi menyodorkannya di depan Tegoshi. Pria tampan itu kaget, tapi tersenyum.
“Arigatou, aku punya sapu tanganku sendiri…” katanya sambil melihat pada Yamapi. Pause. Tegoshi terpana. Senyumannya memudar sedikit demi sedikit. Yamapi menatapnya. Mereka saling menatap untuk beberapa detik. Tidak percaya, terkejut, bahagia, berdebar-debar. Semua perasaan campur aduk memenuhi hatinya. Pikiran-pikiran masa lalu menyergapnya. Ini pasti mimpi!! Tegoshi benar-benar tak bisa percaya.
“Tego-chan…” Yamapi memecahkan keheningan terlebih dulu. Ini bukan mimpi! Suara itu, panggilan itu sangat jelas menghampiri telinganya.
“Yama…Yamashita-kun..?” panggil Tego lirih. Yamapi tersenyum padanya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Acchoo!” Lagi-lagi Tegoshi bersin. Dia mengusap hidungnya dengan sapu tangan Yamapi yang tadi di berikan untuknya. Dari malam kemarin sejak dia tidur dengan membuka jendela kamarnya, dia benar-benar terkena flu.
“Daijoubu ka?” tanya Yamapi. Sekarang mereka ada di sebuah café. Mereka duduk berhadapan. Yamapi sudah memesankan 2 cangkir cokelat hangat untuk mereka. Di luar hujan masih turun, semakin deras.
Tegoshi menganggukkan kepalanya, sambil tersenyum.
“Daijoubu” jawabnya pula, meyakinkan Yamapi.
Yamapi balas tersenyum. Kemudian mereka terdiam, bingung dengan pembicaraan seperti apa yang harus mereka mulai. Sudah bertahun-tahun, dan seharusnya banyak hal yang akan mereka bicarakan. Tapi…..entahlah.
“Hisashiburi ne” kata Tegoshi akhirnya.
“Hum…” Yamapi menganggukkan kepalanya. “Hisashiburi”
Dan pembicaraan mereka pun dilanjutkan dengan mengenang masa kecil mereka. Semuanya mulai cair, mereka tertawa-tawa mengenang kenakalan dan kebodohan mereka dulu.
“Yamashita-kun selalu menolongku. Aku ingat saat Takeshi dan teman-temannya mengambil mainanku, Yamashita-kun yang mengambilkannya kembali” kata Tegoshi, sambil tersenyum lucu.
“Tentu saja. Aku kan sudah berjanji padamu untuk selalu menjagamu” jawab Yamapi, balas tersenyum lucu.
“Janji seorang anak kecil….”
“Aku menepatinya hingga kita di sekolah menengah, bukan?”
Tegoshi diam, masih tersenyum. Lagi, mereka saling menatap. Tego-chan nya memang sudah lebih dewasa, tapi senyuman seperti malaikatnya sama sekali tak berubah, pikir Yamapi. Tegoshi pun berpikir, Yamashita-kun nya semakin tampan, seperti yang pernah dia bayangkan.
“Yamashita-kun tidak sempat menjagaku disaat terakhir sebelum lulus” gumam Tegoshi.
“Gomen…” Yamapi menunjukkan raut menyesalnya. Dia tau masalah Tegoshi dengan Ikuta setelah dia lulus dari sekolahnya.
“Ii yo…” Tegoshi menggelengkan kepalanya. “Bagaimana kabar Ikuta-kun?” tanyanya pula.
“Aku tidak tau. Dulu setelah lulus, dia pindah ke Fukuoka”
“Sampai sekarang aku masih tidak mengerti kenapa dia ingin menjauhkanku dari Yamashita-kun” kata Tegoshi lagi. Dia melihat Yamapi menghela napasnya. “Sepertinya kau tau sesuatu…?” Tegoshi memandangnya penuh selidik.
“Dia…dia cemburu padamu” jawab Yamapi akhirnya.
“Hah?” Tegoshi seperti tak percaya dengan yang di dengarnya.
“Yea, dia cemburu”
“Tapi kenapa???” Tegoshi mengerutkan dahinya, heran.
“Kau tau seberapa dekat kami….”
“Hum, tampaknya kalian memang sangat akrab. Tapi itu tidak berarti dia harus cemburu padaku. Seharusnya dia mau menjadi temanku juga….”
Tiba-tiba Yamapi tertawa kecil. Tegoshi semakin heran.
“Doushiou??” tanyanya.
“Kau ini masih polos seperti dulu” Lagi-lagi Yamapi tertawa kecil.
“Polos???” Tegoshi mengulang, kemudian berpikir. Memikirkan di sebelah mana kepolosannya.
“Tego-chan….” Kata Yamapi tiba-tiba. Membuat Tegoshi berhenti berpikir. Yamapi menatapnya, langsung ke matanya. “Aitai yo” bisik pria itu, lembut. Debaran di dada Tegoshi serasa makin bergemuruh. Dia sampai takut Yamapi akan mendengarnya.
“Aitai mo, Yamashita-kun…” entah kekuatan darimana, tapi Tegoshi berhasil juga mengucapkannya. Mereka saling melempar senyum. Senyuman kesekian. Ada makna di balik senyuman-senyuman itu, betapa mereka memang saling membutuhkan. “Aku lihat kau baik-baik saja” kata Tegoshi lagi tiba-tiba mengubah atmosfir yang tadi sudah mulai menuju ke arah sesuatu.
“Hah? Apa maksudmu?” Yamapi bertanya bingung.
“Aku ingat, kau pernah bilang kau bisa mati jika lama-lama tak bicara denganku, ternyata setelah 5 tahun…kau baik-baik saja” jelas Tegoshi, sambil sedikit menggodanya. Muka Yamapi memerah, kata-kata itu… kata-kata yang dia ucapkan saat Tegoshi marah padanya. Dia memang merasa begitu saat itu. Dia tak tahan Tegoshi mengacuhkannya.
“Aku…..” Yamapi kehilangan kata-kata. Dia menundukkan kepalanya, tersenyum malu. Tegoshi tertawa. Yamashita-kun nya ternyata tak begitu banyak berubah dalam bersikap, apalagi hazukashi smile itu, masih tetap sama.
“Nande?” tanya Tegoshi masih sambil tertawa. Perlahan Yamapi mengangkat wajahnya, menatap Tegoshi. Tatapan yang lebih lembut daripada tatapan sebelumnya.
“Aku mengingat kejadian saat itu…” kata Yamapi tiba-tiba, senyuman malu-malunya mulai berubah jadi senyuman yang hangat, sehangat tatapannya.
“Kejadian…saat itu?” Tegoshi mengulang sambil berpikir, mencoba mengingat juga.
“Lupa?”
Tegoshi masih memasang raut mengingat di wajahnya. Yamapi terus memandangnya, dia menyukai wajah itu, sangat menggemaskan.
“Kau mau aku membantumu mengingatnya?” tanya Yamapi lagi.
“Aku sudah ingat” jawab Tegoshi cepat. Dia tidak tau bagaimana cara Yamapi akan membantu dia untuk mengingat, tapi dia memang tak mau tau.
“Hontou? Apa itu?”
to be continued***
music :masih time-yamapi XD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar