Jumat, 16 Januari 2009

FanFic

Chapter 2
Malam itu Tegoshi tak bisa tidur. Dia berjalan-jalan di dalam kamarnya. Membuka pintu kaca yang menuju ke balkon. Angin malam menyeruak masuk, menghembuskan tirai yang menutupi pintu dan jendela. Membelai tubuh Tegoshi, menyentuh rambutnya. Dingin. Tapi Tegoshi tak merasa harus menutupnya lagi. Dia tiba-tiba teringat album foto yang tadi pagi ditemukan Eri. Tegoshi mengambilnya dari kotak rahasia yang dia simpan di dalam lemari bajunya. Kemudian dia duduk di ranjangnya menghadap ke arah balkon. Angin malam menyentuhnya lagi. Perlahan, Tegoshi membuka halaman demi halaman. Kenangan masa lalu menghampirinya. Kali ini dia tak mengelak. Dia membiarkan pikirannya larut jauh ke masa lalu yang sangat dia rindukan…

-----FLASH BACK-----
“Yokatta ne…kita bersama lagi” Yamashita Tomohisa, 18 tahun, adalah orang yang selalu menjaga Tegoshi Yuya, 16 tahun, sejak mereka masih kecil. Karena mereka bertetangga dan rumah mereka berdekatan. Sekarang Tegoshi telah masuk sekolah menengah atas. Sekolah yang sama dengan Yamashita, sehingga kini dia menjadi senpai Tegoshi juga.
“Yey…arigatou Yamashita-kun” kata Tegoshi, tersenyum pada laki-laki tampan yang selalu di idolakannya itu. Sejak di taman kanak-kanak, Tegoshi telah mengenal Yamashita. Tegoshi adalah anak tunggal, sehingga dia senang sekali bisa memiliki seseorang seperti Yamashita. Maka sejak itulah Tegoshi seperti menyerahkan seluruh hidupnya di tangan Yamashita. Saat dia sedih, Yamashita akan datang menghiburnya. Saat dia sakit, Yamashita akan merawatnya. Saat dia kesulitan, Yamashita akan datang membantunya. Dan itu terus berlanjut hingga sekarang, hingga mereka sebesar ini. Walaupun mereka sudah bukan anak-anak lagi. Tegoshi mengamati perkembangan Yamashita dari hari kehari, pahlawannya itu tentu saja mengalami perubahan. Dia semakin……..tampan, gagah, menarik. Tegoshi ingat saat mereka di sekolah menengah pertama, banyak sekali gadis yang ingin dekat dengan Yamashita, padahal saat itu Yamashita belum setampan sekarang. Lalu bagaimana dengan sekarang? Tegoshi tak harus banyak bertanya. Dia bisa melihatnya sendiri, betapa populernya pahlawannya ini. Seisi sekolah mengenalnya.
“Sugoi, Yamashita-kun…sepanjang perjalanan kita kemari tadi, semua orang menyapamu” kata Tegoshi mengutarakan kekagumannya. Dia menatap senpai nya itu takjub.
“Tidak usah berlebihan……mereka biasa saja” Yamashita merendah. Dia memasang hazukashi smile di bibirnya. Sebenarnya dia suka melihat Tegoshi menatap takjub padanya, sangat menggemaskan.
“A~~, Yamashita-kun memang keren!”
“Sudahlah…” Yamashita mengelak. Dia tak mau kalau wajah merahnya terlihat oleh Tegoshi. “Kemari, duduklah disini” Yamashita menarik tangan Tegoshi agar duduk di sebelahnya. Di tembok yang menghadap ke sebelah utara dari gedung sekolah mereka. Sekarang mereka memang sedang berada di atas atap gedung. Tempat yang aman bagi Yamashita di waktu makan siang seperti ini, untuk menghindari fans-fans nya yang suka tiba-tiba datang menawarkan kotak bekal makan siang mereka.
“Saa, mari kita makan!” Yamashita mengeluarkan dua buah roti dari saku jasnya.
“Ehh~~??? Aku pikir kita tidak akan makan. Aku memang bodoh meninggalkan kotak bekal ku di meja makan tadi pagi, aku takut terlambat masuk di hari pertama ku” Tegoshi bercerita dengan wajah dan suara penuh penyesalan.
“Daijobu, besok kau tak boleh lupa lagi ne? sekarang ayo makan ini” Yamashita menenangkannya dan memberikan satu roti padanya.
“Haik, arigatou…” Tegoshi menerima roti itu. “Whoa, bluberry!” Tegoshi berteriak senang ketika melihat roti itu. Roti kesukaannya, rasa bluberry. Yamashita tertawa melihat reaksi Tegoshi yang lucu.
“Tentu saja. Kau tak akan mau makan roti lain selain roti itu” katanya.
“Dan roti Yamashita-kun pasti rasa strawberry!” Tegoshi menunjuk roti nya.
Yamashita mengangguk.
“Aku juga tak mau makan roti lain selain roti ini” katanya, membenarkan. Dan mereka pun tertawa bersama. Yamashita suka melihat tawa Tegoshi. Anak itu memberinya keceriaan. Yamashita tak bisa mengelak, kalau dia memang bahagia jika berdekatan seperti ini dengan Tegoshi. Membuatnya selalu ingin menjaga Tegoshi. Tak ingin membiarkannya terluka, tak ingin sekalipun melihatnya menangis lagi. Dulu dia pernah melihat Tegoshi menangis. Sangat menyedihkan melihat wajah lembut itu menangis karena sakit hati. Sejak itu Yamashita pun berjanji pada dirinya sendiri akan selalu menjaga Tegoshi, apapun yang terjadi.
“Oishi” kata-kata Tegoshi membuyarkan lamunan Yamashita. Mereka menengokkan kepala bersamaan, mata mereka bertemu. Tegoshi memberikan senyuman manisnya. Senyuman yang seperti malaikat. Yamashita selalu merasa berdebar melihat senyuman itu, entah sudah berapa puluh kalipun dia melihatnya.
Yamashita mengangguk nervous. Dia memalingkan lagi wajahnya, takut Tegoshi melihat kalau wajahnya memerah. Tapi tiba-tiba tangan Tegoshi meraih dagunya, membuatnya kembali menghadap pada wajah lembut seperti malaikat itu. Yamashita merasa napasnya tercekat, dadanya berdebar kencang. Tanpa sadar dia memejamkan matanya Apa yang mau dilakukan anak ini??? Pikirnya, bertanya-tanya. Pelan, dia merasakan sesuatu mengusap sudut bibirnya. Yamashita membuka matanya, itu jari Tegoshi yang menyentuh bibirnya.
“Makanmu berantakan Yamashita-kun” kata Tegoshi sambil tertawa kecil. Dia melepaskan tangannya dari dagu Yamashita.
Napas Yamashita kembali normal. Walaupun dadanya masih berdebar, tapi dia merasa lebih baik. Setidaknya dia tidak merasa jantungnya akan keluar seperti tadi.
Mengerikan. Ada apa dengan dirinya?? Tapi kenapa ini menyenangkan?? Yamashita belum menemukan jawabannya saat itu.

***

Tegoshi terpojok. Dia menatap takut pada wanita di hadapannya.
“kawaii Tegoshi-kun….kau ketakutan seperti itu, membuatku makin penasaran” kata wanita itu semakin mendekat. Dia membuka kancing kemejanya satu persatu.
“Kojima-san, yamette…” Tegoshi mencoba menghentikan tindakan tak senonoh gurunya itu.
“Akane. Panggil saja aku Akane. Sekarang aku bukan guru mu” Kojima sensei membuat suaranya agak berbisik. Ingin membuat Tegoshi tergugah. “Kemarilah Tegoshi-kun, aku tak akan menyakitimu. Kau akan meyukainya…”
Tegoshi bertahan, dia tak bisa lari lagi. Dia terpojok. Kojima sensei telah mendekat. Dia memeluk Tegoshi, memaksa anak itu menyentuhnya. “Aku akan membuatmu dikeluarkan kalau kau tak mau menurut padaku” bisik Kojima sensei di telinga Tegoshi, mengancamnya.
Tegoshi memejamkan matanya. Ini mengerikan. Dia tiba-tiba semakin lemah. Dia menyerah…

“Doshita?” Yamashita melihat Tegoshi aneh akhir-akhir ini. “Kau diganggu makhluk-makhluk berisik itu lagi?” setelah beberapa bulan di sekolahnya, Tegoshi menjadi cukup terkenal, walaupun tak seterkenal Yamashita. Tapi dia telah punya fans sendiri. Telah dua kali mendapatkan pernyataan cinta, tapi tak ada yang diterimanya. Tegoshi berpikir baru akan berpacaran saat umurnya telah 17 tahun atau setelah dia keluar sekolah, atau mungkin juga…..setelah Yamashita lebih dulu berpacaran. Selama ini Tegoshi melihat Yamashita memang belum berpikir serius untuk berpacaran. Dia ramah pada siapapun,dia mau pergi dengan siapapun tanpa terikat apapun. Memang terkesan seperti seorang player, tapi tak ada seorangpun yang menganggap Yamashita begitu. Itulah yang membuat iri semua anak laki-laki disekolah. Yamashita bisa dekat dengan siapapun, tanpa ada siapapun yang merasa sakit hati atau merasa dipermainkan. Dia hebat. Mau tak mau semua anak laki-laki mengakuinya. Dan tentu saja Tegoshi pun. Dia semakin kagum pada idolanya ini.
“Tego-chan???” Yamashita mengulang memanggilnya. Karena sepertinya dari tadi dia tidak digubris. Tegoshi sedang melamun, tidak menyadarinya.
“A~~, gomen Yamashita-kun…..” seperti yang Yamashita duga, dia melamun. Tegoshi tampak terkejut melihatnya berada disana.
“Nande yo???” Yamashita bertanya lagi tak sabar.
Tegoshi menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia juga memberikan senyuman yang sangat terlihat dipaksakan. Yamashita menyadari ada yang tak beres.
“Uso. Jangan berbohong padaku!”
Tegoshi memandangnya ragu-ragu. Suara Yamashita mengindikasikan, dia akan marah.
“Ne…” panggil Yamashita lagi, “Cepat beritahu aku!”
“Nan…nande mo nai” jawab Tegoshi akhirnya, tetap tak mau bilang. Sekali lagi, dia memasang senyuman terpaksanya. Bagaimana dia harus memulai ceritanya? Mengatakan pada Yamashita kalau dia telah mendapat perlakuan tak senonoh dari gurunya, seorang guru wanita…siapa yang akan percaya? Orang-orang akan berpikir, dia yang bersikap tak sopan pada gurunya! Lagipula dia tak mau kalau sampai di keluarkan. Tapi, Tegoshi memang sudah tak tahan. Sudah tiga kali, bukan satu atau dua kali. Bagaimana kalau tetap dibiarkan, apa dia harus menjalani hal seperti ini sampai dia lulus nanti?? Tentu saja Tegoshi tak mau seperti itu!
“Fuh…..” Yamashita menghembuskan napasnya. Dia sudah tak mau bersabar lagi. Anak ini memang kadang keras kepala, Yamashita sedang malas melayaninya. Dia membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan Tegoshi. Tegoshi terkejut, matanya mengikuti gerakan Yamashita yang berjalan menuju pintu keluar.
“Yamashita-kun!” panggil Tegoshi.
Yamashita membalikkan lagi badannya, malas. Memandang ke arah Tegoshi tanpa mengatakan apapun.
“Kau mau kemana?” tanya Tegoshi akhirnya.
“Ke kelas. Disana pasti sedang ada sesuatu yang menyenangkan” jawab Yamashita singkat. Tegoshi terdiam. Dia sadar kenapa Yamashita bersikap seperti itu. Yamashita pasti kesal karena Tegoshi tetap tak mau berkata jujur. “Kau juga cepat kembali lah ke kelas, anginnya sedang besar sekali. Kau bisa terkena flu lama-lama disini.” tambah Yamashita sambil meneruskan berjalan. Tegoshi masih diam di tempatnya hingga Yamashita benar-benar menghilang dari pandangannya. Yamashita benar-benar meninggalkannya sendiri. Gomen Yamashita-kun, aku tak tahu bagaimana cara untuk memberitahumu….. Tegoshi sangat menyesal dalam hatinya.

Wanita itu datang lagi. Tegoshi memandangnya muak.
“Beruntung sekali kita selalu berdua di tempat ini” kata Kojima sensei sambil mengunci pintu ruangannya. Bukan keberuntungan. Ini adalah kesialan yang selalu sengaja di rekayasa oleh Kojima sensei untuk menjebak Tegoshi. Kali ini dia mengatakan ada sesuatu yang perlu dikerjakan Tegoshi di ruangannya. Nyatanya dia hanya ingin berduaan dengan Tegoshi. Sungguh monster wanita yang mengerikan bagi Tegoshi.
“Sekarang masih jam belajar, Kojima-san” kata Tegoshi dingin.
“Lalu kenapa? Kau ingin belajar?” Kojima sensei tersenyum mengejek. “Bohong sekali kalau kau menjawab memang ingin belajar. Tak ada anak-anak yang menyukai belajar. Aku sudah memberimu kelonggaran, seharusnya kau senang” dia mulai mendekati Tegoshi. Kali ini Tegoshi tak berlari menjauhinya. Ini sudah bukan pertama kalinya lagi.
Dia menahan amarahnya saat wanita itu mulai meraba-raba ke dalam seragam sekolahnya. Ini gila! gila! tapi apa yang harus aku lakukan!? aku tak mau di keluarkan! Tegoshi berteriak-teriak dalam hatinya.

“Yamapi…” Yamashita menengokkan kepalanya ketika seseorang memanggilnya dengan nama populernya.
“A~~, Toma” sahut Yamashita saat melihat teman baiknya, Ikuta Toma berada disana. Ikuta tiba-tiba menarik tangan Yamashita, membawanya menjauh dari gerombolan teman-teman mereka yang sedang ribut bercanda. Jam pelajaran saat itu sedang kosong, guru pelajaran matematika mereka tidak bisa hadir, “Nan desu ka??” Yamashita tampak kebingungan. Tapi dia mengikuti Ikuta yang membawanya ke tempat sepi.
“Coba kau lihat ini….” Ikuta menunjukan ponselnya, dan memperlihatkan sebuah foto.
Yamashita mengambil ponsel Ikuta agar bisa mengamati foto itu dengan jelas. Di pikirannya, paling foto perempuan cantik, atau foto perempuan seksi. Tapi… Yamashita tercekat melihat foto itu. Dia tak melihat foto perempuan cantik atau seksi seperti yang dia bayangkan. Itu… itu Kojima sensei sedang berciuman dengan seseorang yang jelas Yamashita hapal sekali walau hanya melihatnya sekilas. Orang yang selalu bersamanya sejak mereka masih kecil, itu Tego-chan nya!
“Nan…nani kore??” gumam Yamashita tak percaya.
“Dia Tegoshi-kun bukan?” tanya Ikuta tenang. Yamashita tak menjawab. “Pantas akhir-akhir ini aku sering melihatnya keluar masuk ruangan Kojima sensei” tambah Ikuta lagi. Yamashita terkesiap, dia memberikan ponsel itu kembali pada Ikuta, lalu pergi meninggalkannya tanpa berkata apapun. Dia menuju kelas Tegoshi. Disana sedang belajar, Yamashita melongokkan kepalanya mencari-cari Tegoshi. Teman-teman Tegoshi yang melihat dia seperti itu jadi berkasak-kusuk, apalagi yang murid perempuan, mereka mencuri-curi pandang pada Yamashita sambil tersenyum-senyum malu.
“Yamashita-kun?” guru yang sedang mengajar menyadari keberadaan Yamashita. Dia menunjukkan wajah herannya, bertanya-tanya sedang apa Yamashita disana.
“Haik, Hiyama sensei….” Sahut Yamashita, agak terkejut. Dia menundukkan badannya.
“Kau sedang apa?”
“Aku mencari seseorang” katanya. Kasak-kusuk semakin menjadi. Para murid perempuan jadi membereskan rambut dan seragam mereka, bahkan ada yang mengeluarkan cermin dan alat-alat make up mereka. Para murid laki-laki keheranan sekaligus iri. Murid-murid perempuan itu berpikir ada seseorang diantara mereka yang sedang dicari Yamashita.
“Siapa yang kau cari Yamashita-kun?” tanya Hiyama sensei lagi. Agar membuat suasana kelas cepat kembali normal. Semuanya diam menanti jawaban Yamashita. Para murid perempuan berdebar-debar.
“Tegoshi Yuya” jawab Yamashita singkat. Dan seisi kelas pun mendadak ramai kembali. Murid-murid perempuan mengeluh tak percaya, para murid laki-laki menghela napas lega. Hiyama sensei tersenyum melihat kelakuan murid-muridnya, dan Yamashita tak begitu ambil pusing. “Dia seharusnya ada disini….” Yamashita malah bergumam.
“A~~, Tegoshi-kun sudah izin untuk tak masuk kelasku,” kata Hiyama sensei.
“Ehh~~? Nande??”
“Dia diminta Kojima sensei di ruangannya, untuk membantu mempersiapkan perlombaan melukis di festival antar sekolah bulan depan”
Kojima sensei???!!! Yamashita terperanjat.
“Arigatou” katanya sambil membungkukkan lagi badannya dan langsung melesat menuju ruangan Kojima sensei, tanpa menunggu Hiyama sensei menjawabnya. Semua melihat Yamashita heran untuk kesekian kalinya.
Yamashita langsung menarik pintu ruangan Kojima sensei. Tapi pintu itu terkunci.
Sial! Yamashita mengutuk dalam hati. Dia pun mencoba membuka paksa, sambil berteriak-teriak memanggil Tegoshi. Di dalam, kedua orang itu terkejut. Mereka menghentikan apa yang sedang mereka lakukan.
“Yamashita-kun…” gumam Tegoshi. Dia cepat mendekati pintu, untuk membukanya. Tapi Kojima sensei menariknya kasar.
Dia membereskan dirinya, lalu menyuruh Tegoshi untuk bersembunyi. Tapi Tegoshi melawan, dia tak mau.
“Ingat, Tegoshi Yuya. Aku bisa mengeluarkanmu dari sekolah dan menghancurkan reputasimu!” ancamnya. Tegoshi tersudut. Dia tak tahu harus bagaimana. Tapi Yamashita ada di luar sana. Dia bisa menyelamatkan dirinya. Semua ini bisa berakhir.
“Tegoshi!” Yamashita masih berteriak. Tegoshi memberanikan dirinya. Dia terus mendekati pintu dan mendorong Kojima sensei yang berusaha menghalanginya.
Pintu pun berhasil dibuka. Tegoshi menghambur pada Yamashita. Memeluk laki-laki itu erat. Berakhirkah semuanya????

**
“Kau keterlaluan” ucap Yamashita pelan. Mereka sedang dalam perjalanan pulang. Masalah tadi telah mencapai akhirnya. Kojima sensei terbukti bersalah telah melakukan tindakan asusila pada muridnya sendiri yang masih di bawah umur. Walaupun sebelumnya dia menyangkal dan nyaris membuat Tegoshi menjadi pesalah. Tapi Tegoshi akhirnya berani mengatakan kalau dia diancam oleh guru wanita itu. Dan beruntung ada yang membantunya, seorang penjaga sekolah yang pernah melihat bagaimana Kojima sensei sedang memaksa Tegoshi.
Tegoshi menengokkan kepalanya ke arah Yamashita. Diakuinya dia merasa bersalah juga, selama ini tak pernah menceritakan semuanya pada Yamashita. Padahal mereka sudah bukan orang lain. Mereka sudah bertahun-tahun bersama.
“Gomen…” sahut Tegoshi pelan juga sambil menundukkan kembali kepalanya. Tak berani menatap wajah Yamashita.
“Sebenarnya selama ini, kau anggap aku apa….?” kata Yamashita lagi, semakin membuat Tegoshi tak berani mengangkat wajahnya. “Apa aku memang orang yang tak pantas mengetahui masalah-masalahmu? Aku sudah bukan orang yang boleh mencampuri urusanmu lagi? Apa sekarang kita sudah bisa menjalani semuanya sendiri-sendiri? Kau sudah tak memerlukan aku lagi……..?” Yamashita terus berkata dengan kata-kata yang penuh pertanyaan dan membuat Tegoshi terhenyak. Dia tak suka mendengar pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Pertanyaan-pertanyaan yang sama sekali tak pernah mau dia dengar, apalagi dari mulut seorang Yamashita, orang yang selalu dia puja, dia hormati, dia….sukai.
“Yamashita-kun, kata-katamu sangat menyebalkan!” katanya tiba-tiba. Dia berhenti berjalan dan berdiri tepat di depan Yamashita. Dia menatap laki-laki tampan itu, tajam.
Yamashita cukup kaget dengan reaksi Tegoshi. Tego-chan nya terlihat marah. Tapi dia berusaha tetap tenang.
“Itu benar bukan?”
“Sama sekali tidak!!” Tegoshi menjawabnya ketus. “Aku hanya tak ingin menyusahkanmu, selama ini aku selalu bergantung padamu, dan masalah ini cukup berat, aku tak mau melibatkanmu. Aku takut kau diancam akan dikeluarkan juga seperti aku. Kau tahu itu!” Tegoshi masih menatapnya tajam. Yamashita tercekat, tak tahu harus berkata apa. “Gomen!” tambah Tegoshi lagi, setelah beberapa detik Yamashita belum mengatakan apapun. Dia membungkukkan badannya, lalu cepat membalikannya. Dan dia pun pergi lebih dulu tanpa melihat pada Yamashita lagi. Dia benar-benar marah.
“Te..go-chan…” Yamashita tak jadi memanggilnya. Akan sia-sia saja. Tegoshi pasti belum mau bicara padanya. Untuk pertama kalinya dalam kebersamaan mereka, mereka bertengkar hebat.

***
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tegoshi menghela napas. Dia merebahkan tubuhnya diatas ranjangnya. Angin malam masih menyeruak masuk ke dalam kamarnya. Dia memeluk album foto itu di dadanya. Pikirannya masih di masa lalu. Masih mengingat Yamashita Tomohisa.

-----FLASH BACK-----
“Yo!” wajah Yamashita tiba-tiba muncul di balik pintu kamar Tegoshi. Tegoshi yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya, kaget melihat ke arah Yamashita. Dia tak menyangka Yamashita akan datang hari itu. Padahal sudah hampir 5 hari mereka tak saling bicara, tak saling menyapa. Benar-benar pertengkaran mereka yang paling hebat. Tapi sekarang, Yamashita tiba-tiba datang dan bersikap seolah mereka baik-baik saja.
“Lihat, roti blueberry dan strawberry!” kata Yamashita memperlihatkan dua bungkusan roti kesukaan mereka. Dia duduk disamping Tegoshi yang masih terheran-heran dan memasang raut seperti dia terganggu dengan kedatangan Yamashita yang tiba-tiba.
“Haik, kore…” Yamashita memberikan roti blueberry . Tegoshi diam saja tak menerimanya. Tapi Yamashita malah membukakan bungkusnya, kemudian menaruhnya di tangan Tegoshi. Dia sendiri pun membuka roti strawberry nya dan memakannya. “A~~, kau sedang mengerjakan tugas sekolahmu ya” dia melihat-lihat pada buku yang sedang di kerjakan Tegoshi. Tapi Tegoshi cepat menjauhkannya. Yamashita memandangnya. Tegoshi mengacuhkannya. Tiba-tiba Yamashita mendekatkan wajahnya pada roti blueberry Tegoshi, bermaksud memakannya. Dan Tegoshi langsung menjauhkannya. Dia menatap tajam pada laki-laki tampan itu.
“Kau tidak memakannya, biar aku mencobanya sedikit” kata Yamashita membela diri.
“Kau makan saja punyamu sendiri” sahut Tegoshi ketus. Dia memalingkan wajahnya dari Yamashita. Tegoshi mendengar Yamashita menghembuskan napasnya. Dia bersandar pada tembok di samping Tegoshi. Dia mengeluh.
“Kau…masih marah padaku, Tego-chan?” katanya pelan.
Tegoshi melihat Yamashita lewat ujung matanya. Dia tak menjawab. Sebenarnya dia ingin bilang, dia sudah tak marah. Dan dia merindukan Yamashita-kun nya……
“Aku merasa buruk sekali tidak menyapamu beberapa hari ini. Aku merasa tak berarti lagi tak bisa mengobrol denganmu. Aku merasa bodoh dengan hanya melihatmu dari kejauhan…” Lanjut Yamashita tiba-tiba. Tegoshi merasa darah di dalam tubuhnya berdesir, nyaman sekali.
“Aku tak bisa lebih lama lagi seperti ini denganmu Tego-chan…aku bisa mati” gumam Yamashita pula. Pelan, tapi terdengar jelas dan jujur. Tegoshi merasakan desiran darah di tubuhnya semakin kuat, perasaan aneh yang benar-benar membuatnya nyaman.
“Tidak lucu kau berkata seperti itu….” Tegoshi masih pura-pura bersikap acuh. Dia merasa malu sekali kalau langsung menunjukkan perasaan sebenarnya, bahwa dia sangat senang dan dia memiliki perasaan yang sama selama mereka bertengkar seperti ini.
Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di dadanya dan menariknya hingga dia bersandar pada tubuh seseorang. Tegoshi merasakan wajah Yamashita menempel di pundaknya. Hembusan nafas Yamashita terasa jelas di telinganya, seperti mengusap leher dan rambutnya. Hangat. Tegoshi tak berani menengokkan wajahnya. Mereka dekat sekali. Yamashita memejamkan matanya, diam. Merasakan tubuh Tegoshi di sandarannya. Menikmati wangi dari rambut Tego-chan nya. Selama beberapa menit hanya seperti itu. Tak ada yang bersuara. Sampai Tegoshi merasa pegal dengan posisinya. Dia memecahkan kesunyian.
“Ne Yamashita-kun…” katanya sambil menengok ke samping, dimana Yamashita menyandarkan dagunya di bahu Tegoshi. Yamashita membuka matanya, wajah keduanya sangat dekat, hanya beberapa senti saja. Membuat Tegoshi lupa apa yang akan dikatakannya. Beberapa detik kemudian, Yamashita semakin mendekatkan wajahnya, menyentuh bibir Tegoshi dengan bibirnya. Sebuah ciuman. Tegoshi seperti kehilangan jiwanya. Dia menyambut bibir Yamashita. Mereka berciuman. Ciuman pertama mereka. Setelah satu menit, mereka berhenti. Saling menatap. Keduanya benar-benar tak sadar dengan yang telah mereka lakukan, mereka hanya tahu, itu yang mereka inginkan. Mereka merasa nyaman satu sama lain.
“Gomen ne…” bisik Yamashita lembut.
Tegoshi mengangguk, dia tak sanggup lagi bersikap pura-pura acuh. “Mulai sekarang kita tak akan bertengkar lagi” katanya balas berbisik. Mereka pun saling melempar senyum. Yamashita tak bisa menahan diri melihat wajah Tegoshi sedekat ini, dia kembali mencium Tegoshi. Dan ciuman mereka pun berlanjut. Ciuman yang tak berdosa.

***

“…kau ini sangat mengganggu” Ikuta tersenyum sinis pada Tegoshi.
“Tapi, Yamashita-kun dan aku……” Tegoshi mencoba membela diri.
“Teman kecil? Adik-kakak? Aku tak peduli! Kau benar-benar mengganggu dan tak pantas selalu ada di dekatnya!” potong Ikuta kasar. Tegoshi terdiam. Dia merasa setiap yang akan dia katakan sama sekali tak berguna. Ikuta tampak sangat membencinya.
“Lalu, apa yang kau inginkan Ikuta-san?”
“Menjauhlah dari Yamapi! Urusi dirimu sendiri!”
Tegoshi terhenyak mendengar keinginan Ikuta. Apa-apaan ini? Dirinya dan Yamashita telah bersama sejak mereka kecil, sudah sangat lama. Kenapa sekarang tiba-tiba ada orang baru masuk diantara mereka dan memintanya menjauhi Yamashita?! Dia pikir dia siapa?! Tegoshi menahan kekesalannya.
“Itu tidak mungkin” kata Tegoshi mencoba tetap tenang.
“Tentu saja mungkin. Apa susahnya tidak berdekatan lagi dengannya? Kau hanya tinggal menghindari dia”
“Tidak mungkin! Aku tak mungkin seperti itu pada Yamashita-kun yang telah bersama-sama denganku sejak dulu”
“Kau ini keras kepala sekali! Kalau kau tak mau menjauhinya, aku akan menyebarkan kabar kalau kalian sepasang kekasih! Kau bayangkan dampaknya pada diri mu dan terutama Yamapi. Dia tak akan di percaya orang-orang lagi. Gadis-gadis akan membencinya!” Ikuta tiba-tiba mengancam. Tegoshi tak bisa menerimanya.
“Jangan sekali-sekali berani melakukannya. Bukankah kau sahabat Yamashita-kun? Kenapa kau harus punya pikiran sejahat itu?!”
“Kau benar. Tapi demi menjauhkanmu dari Yamapi, aku bisa melakukannya”
Tegoshi menatapnya muak.
“Kenapa….kau sangat membenciku? Kenapa kau ingin sekali aku jauh dari Yamashita-kun?”
“Karena aku tak suka padamu! Sudahlah, peringatan terakhir…. Awas kalau aku masih melihatmu di dekatnya!” Ikuta menyudahi. Dia berbalik dan meninggalkan Tegoshi disana. Tegoshi mematung. Lagi…masalah mendatangi dirinya, tepat disaat hubungannya dengan Yamashita telah membaik. Nande?!!

***
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tegoshi terlelap dengan posisi yang sama. Album foto itu masih di peluknya erat. dan angin masih terus menghembuskan seisi kamarnya. Di benaknya, dia semakin merindukan seseorang dari masa lalunya…..

*****************************Chapter 2-end-******************************
music : Time-Yamapi (buset dah, gw dngrin lagu ini berjuta-juta kali,sukida^o^)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar